Thursday, September 12, 2013

“Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Istirahat dan Tidur Pada Tn.S di Ruang Barokah PKU Muhammadiyah Gombong”



  BAB I
PENDAHULUAN 


A.    Judul
“Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Istirahat dan Tidur Pada Tn.S  di Ruang Barokah PKU Muhammadiyah Gombong”

B.     Latar Belakang
       Istirahat merupakan keadaan yang relaks tanpa adanya tekanan emosional, bukan hanya dalam keadaan tidak beraktifitas saja akan tetapi membutuhkan ketenangan.
Tidur merupakan suatu kondisi tidak sadar yang mana individu dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensori yang sesuai atau juga dapat dikatakan suatu keadaan tidak sadarkan diri yang relatif yang bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan akan tetapi lebih merupakan suatu urutan siklus yang berulang, dengan ciri minimnya aktifitas, memiliki kesadaran yang bervariasi, terdapat perubahan-perubahan proses fisiologis dan terjadi penurunan respon terhadap rangsangan dari luar.
Text Box: 1Keteraturan dan lamanya tidur dari masing-masing orang seperti halnya dengan masa sakit, maka tidur merupakan persoalan yang bersifat pribadi. Ada orang yang lebih memerlukan banyak tidur dibandingkan yang lain. Ada orang yang mudah tidur dan sulit tidur, ada tidur yang tenang dan tidak tenang. Kebiasaan-kebiasaan agaknya memegang peranan dalam pola-pola tidur dan tidur akan lebih mudah jika kebiasaan-kebiasaan itu tetap diikuti (Dian, 2006).
       Banyak sekali yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas tidur seseorang antara lain kepulasan atau mutu tidur dan lama waktu tidur seseorang. Pasien yang di rawat di rumah sakit mempunyai kecenderungan terganggu tidurnya yang mungkin disebabkan oleh aktifitas yang menimbulkan kegaduhan, lampu yang menyala terang, terganggu oleh dengkuran pasien lain ataupun yang terpaksa dibangunkan karena adanya prosedur tindakan tertentu (Kozier, 2004).
Keadaan sakit sering memerlukan waktu tidur lebih banyak dari orang normal karena kondisi saat sakit memerlukan pemulihan sistem tubuh untuk mengembalikan kondisi seperti semula saat sebelum sakit. Namun demikian, keadaan sakit dapat menjadikan pasien kurang tidur atau tidak dapat tidur oleh karena banyak faktor diantaranya adalah rasa sakit yang dideritanya, pengunjung pasien lain secara berkelompok, lingkungan yang kurang nyaman, dan sebagainya (Kozier, 2004).
       Fungsi dan tujuan dari tidur secara jelas tidak diketahui akan tetapi diyakini bahwa tidur dapat digunakan untuk menjaga keseimbangan mental, emosional dan kesehatan, mengurangi stres pada pulmonary, kardiovaskuler, endokrin dan lain-lain. Energi disimpan selama tidur, sehingga energi diarahkan kembali pada fungsi celluler yang penting. Tidur dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya penyakit, latihan, kelelahan, stres, obat-obatan, nutrisi, lingkungan, motivasi dan lain sebagainya.
       Menurut Herdman  (2012)  keletihan adalah rasa letih luar biasa dan penurunan kapasitas kerja fisik dan jiwa pada tingkat yang biasanya secara terus menerus.
Diagnosa ini penulis angkat karena dari hasil pengkajian diperoleh data klien mengatakan lemas, lesu, dan mudah lelah, data obyektif tekanan darah 114/76 mmHg, nadi 72 x/menit, respirasi 22 x/menit. Klien juga mengatakan sering BAK pada malam hari sehingga kurang tidur  karena berisik banyak pengunjung yang datang menjenguk.
Diabetes Mellitus adalah suatu kondisi dimana kadar gula didalam darah lebih tinggi dari biasa/normal (normal 60-145mg/dl), karena tubuh tidak dapat menggunakan hormon insulin secara cukup. Hal ini disebabkan tidak dapatnya gula memasuki sel-sel yang terjadi karena tidak terdapat atau resisten terhadap insulin. Insulin memasukkan gula kedalam sel sehingga bisa menghasilkan energi atau disimpan sebagai cadangan energi (Maulana, 2012).  Karena insulin yang dibutuhkan kurang atau tidak ada maka gula tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga energi yang dihasilkanpun berkurang dan menimbulkan keletihan.


C.    Isi
1.      Ringkasan Teks
       Tidur merupakan suatu kondisi tidak sadar yang mana individu dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensori yang sesuai atau juga dapat dikatakan suatu keadaan tidak sadarkan diri yang relatif yang bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan akan tetapi lebih merupakan suatu urutan siklus yang berulang, dengan ciri minimnya aktifitas, memiliki kesadaran yang bervariasi, terdapat perubahan-perubahan proses fisiologis dan terjadi penurunan respon terhadap rangsangan dari luar.
Keadaan sakit sering memerlukan waktu tidur lebih banyak dari orang normal karena kondisi saat sakit memerlukan pemulihan sistem tubuh untuk mengembalikan kondisi seperti semula saat sebelum sakit. Namun demikian, keadaan sakit dapat menjadikan pasien kurang tidur atau tidak dapat tidur oleh karena banyak faktor diantaranya adalah rasa sakit yang dideritanya, pengunjung pasien lain secara berkelompok, lingkungan yang kurang nyaman, dan sebagainya (Kozier, 2004).
Tidur dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya penyakit, latihan, kelelahan, stres, obat-obatan, nutrisi, lingkungan, motivasi dan lain sebagainya.

       Menurut Herdman  (2012)  keletihan adalah rasa letih luar biasa dan penurunan kapasitas kerja fisik dan jiwa pada tingkat yang biasanya secara terus menerus.
Diagnosa ini penulis angkat karena dari hasil pengkajian diperoleh data klien mengatakan lemas, lesu, dan mudah lelah, data obyektif tekanan darah 114/76 mmHg, nadi 72 x/menit, respirasi 22 x/menit. Klien juga mengatakan sering BAK pada malam hari sehingga kurang tidur  karena berisik banyak pengunjung yang datang menjenguk.
Diabetes Mellitus adalah suatu kondisi dimana kadar gula didalam darah lebih tinggi dari biasa/normal (normal 60-145mg/dl), karena tubuh tidak dapat menggunakan hormon insulin secara cukup. Hal ini disebabkan tidak dapatnya gula memasuki sel-sel yang terjadi karena tidak terdapat atau resisten terhadap insulin. Insulin memasukkan gula kedalam sel sehingga bisa menghasilkan energi atau disimpan sebagai cadangan energi (Maulana, 2012).  Karena insulin yang dibutuhkan kurang atau tidak ada maka gula tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga energi yang dihasilkanpun berkurang dan menimbulkan keletihan.
2.      Ikhtisar
       Tidur merupakan suatu kondisi tidak sadar yang mana individu dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensori yang sesuai atau juga dapat dikatakan suatu keadaan tidak sadarkan diri yang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya penyakit, latihan, kelelahan, stres, obat-obatan, nutrisi, lingkungan, motivasi dan lain sebagainya.
       Menurut Herdman  (2012)  keletihan adalah rasa letih luar biasa dan penurunan kapasitas kerja fisik dan jiwa pada tingkat yang biasanya secara terus menerus.
Diabetes Mellitus adalah suatu kondisi dimana kadar gula didalam darah lebih tinggi dari biasa/normal (normal 60-145mg/dl), karena tubuh tidak dapat menggunakan hormon insulin secara cukup. Hal ini disebabkan tidak dapatnya gula memasuki sel-sel yang terjadi karena tidak terdapat atau resisten terhadap insulin. Insulin memasukkan gula kedalam sel sehingga bisa menghasilkan energi atau disimpan sebagai cadangan energi (Maulana, 2012). Karena insulin yang dibutuhkan kurang atau tidak ada maka gula tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga energi yang dihasilkanpun berkurang dan menimbulkan keletihan.

D.    Penutup
       Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa diabetes mellitus adalah suatu penyakit kelainan metabolisme yang disebabkan kurangnya hormon insulin sehingga kadar gula  dalam darah melebihi batas normal. Glukosa itu sendiri digunakan oleh tubuh untuk membentuk energi melalui proses  metabolisme. Karena kurangnya produksi insulin maka glukosa tidak dapat masuk kedalam sel secara maksimal sehingga cadangan energipun berkurang dan menyebabkan keletihan.


BAB II
KONSEP DASAR


A.    Konsep Kebutuhan Dasar
       Kebutuhan adalah merupakan sesuatu hal yang sangat penting, bermanfaat, ataupun diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri (Mubarak & Chayatin, 2008).
        Adapun hierarki tersebut meliputi lima kebutuhan dasar dari Abraham Maslow yang salah satunya adalah kebutuhan fisiologis dan merupakan kebutuhan prioritas tertinggi. Umumnya seseorang memiliki beberapa kebutuhan yang belum terpenuhi akan lebih dulu memenuhi kebutuhan fisiologisnya dibanding kebutuhan yang lain. Kebutuhan fisiologis merupakan hal yang mutlak harus dipenuhi manusia untuk bertahan hidup dan memiliki delapan macam kebutuhan. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan oksigen dan pertukaran gas, kebutuhan cairan dan elektrolit, kebutuhan makanan, kebutuhan eliminasi urine, kebutuhan istirahat dan tidur, kebutuhan aktifitas, dan kebutuhan sexsual.
Text Box: 8       Secara umum ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kebutuhan manusia meliputi penyakit, hubungan yang berarti, konsep diri, tahap perkembangan, dan struktur keluarga. Saat seseorang dalam kondisi sakit ia tidak mampu memenuhi kebutuhannya sendiri sehingga membutuhkan bantuan orang lain dan dengan membina hubungan yang berarti perawat dapat membantu upaya pemenuhan kebutuhan dasar klien. Selain itu konsep diri juga mempengaruhi kesadaran individu untuk mengetahui apakah kebutuhan dasarnya terpenuhi atau tidak dimana struktur keluarga dapat mempengaruhi cara klien memuaskan kebutuhannya.
       Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh semua orang. Untuk dapat berfungsi secara optimal maka setiap orang  memerlukan istirahat dan tidur yang cukup. Demikian pula orang yang sedang menderita sakit, mereka juga membutuhkan istirahat dan tidur yang memadai. Namun dalam keadaan sakit pola tidur seseorang biasanya terganggu (gangguan pola tidur), sehingga perawat perlu berupaya untuk memenuhi kebutuhan tidur yang normal. Istirahat merupakan keadaan yang tenang, rileks tanpa tekanan emosional dan bebas dari kegelisahan atau kecemasan.
       Tidur akan terlihat lebih baik setelah tidur malam yang baik adalah berdasarkan pada keyakinan bahwa tidur akan memulihkan kondisi fisik, mengurangi stres dan kecemasan, memulihkan kemampuan untuk mengatasi dan berkonsentrasi pada aktifitas kehidupannya sehari-hari.
       Ada beberapa hal yang berhubungan dengan kebutuhan tidur dan istirahat yaitu :


1.      Kebiasaan tidur
       Yang perlu diperhatikan kebiasaan  banyaknya tidur pasien, kebiasaan menjelang tidur, jam berangkat tidur, waktu yang diperlukan untuk dapat tidur, jumlah terjaga selama tidur, obat-obatan yang diminum pasien dan pengaruhnya  terhadap tidur, lingkungan tidur sehari-hari, persepsi pasien terhadap kebutuhan tidur, posisi waktu tidur.
2.      Tanda-tanda klinis kekurangan istirahat dan tidur
       Ada beberapa tanda klinis yang perlu diketahui terhadap pasien yang kurang istirahat dan tidur, pasien mengungkapkan rasa capek, pasien mudah tersinggung, dan kurang santai, apatis, warna kehitam-hitaman di sekitar mata, konjungtiva merah, pusing dan mual.
3.      Tahap perkembangan
       Lama tidur yang dibutuhkan oleh  seseorang tergantung pada usia. Semakin tua usia seseorang semakin sedikit pula lama tidur yang diperlukan.

B.     Relaksasi
       Keletihan merupakan efek langsung yang banyak terjadi sehingga kecantikan dan kesehatan dapat terganggu karenanya.  Pusat layanan Spa menjadi tempat paling  banyak dipilih untuk memulihkan tubuh yang lelah dan juga untuk menjaga tubuh  tetap bugar (fit, fresh, and beauty), serta untuk melakukan terapi perawatan maupun  pengobatan untuk jenis penyakit tertentu (artikel PR, sabtu 11 Februari 2006). Ada berbagai cara untuk mengatasi keletihan diantaranya adalah dengan istirahat dan tidur. Apabila mengalami gangguan tidur seperti sulit tidur dapat dilakukan relaksasi agar pasien merasa tenang, nyaman dan rileks sehingga dapat tidur dengan nyenyak.
       Adapun pendapat Benson (Buchori, 2008: 10) Relaksasi adalah prosedur empat langkah yaitu menemukan suasana lingkungan yang tenang, mengendorkan otot-otot tubuh secara sadar, selama sepuluh sampai dua puluh menit memusatkan diri pada perangkat mental, menerima dengan sikap yang pasif terhadap pikiran-pikiran yang sedang bergolak.
       Sedangkan menurut Hakim (2004: 41) relaksasi merupakan suatu proses pembebasan diri dari segala macam bentuk ketegangan otot maupun pikiran senetral mungkin atau tidak memikirkan apapun.
Maka dapat disimpulkan bahwa teknik relaksasi adalah salah satu bentuk terapi yang berupa pemberian instruksi kepada seseorang dalam bentuk gerakan-gerakan yang tersusun secara sistematis untuk merilekskan otot-otot dan mengembalikan kondisi dari keadaan tegang ke keadaan rileks, normal dan terkontrol, mulai dari gerakan tangan sampai kepada gerakan kaki.  Dengan kendornya otot-otot tubuh, yang tegang menjadi rileks (santai), maka akan tercipta suasana perasaan yang tenang dan nyaman. Perasaan yang tenang dan nyaman akan menopang lahirnya pola pikir dan tingkah laku yang positif, normal dan terkontrol pula.
       Manfaat dari relaksasi ini adalah untuk mengatasi berbagai macam permasalahan dalam mengatasi stres, kecemasan, insomnia, dan membangun emosi positif. Selain itu relaksasi juga dapat membantu mengurangi merokok, meningkatkan penampilan kerja,  sosial dan ketrampilan fisik, kelelahan, aktifitas mental dan atau latihan fisik yang tertunda dapat diatasi lebih cepat dengan menggunakan ketrampilan relaksasi.
       Relaksasi yang dapat digunakan untuk pasien diabetes dengan keluhan lemas ini adalah membaca dan mendengarkan musik. Tujuannya adalah untuk mengatasi keletihan yang dialami pasien, mengurangi aktifitas klien yang membutuhkan energi banyak sehingga dapat mengontrol dan menjaga keseimbangan antara energi dan aktifitas. Selain itu relaksasi ini dapat mengurangi kecemasan, dan meningkatkan istirahat klien.


BAB III
RESUME KEPERAWATAN


A.  Pengkajian
       Pengkajian ini dilakukan oleh Restiana Setyorini pada tanggal 22 Juli 2013 pukul 09.00 WIB di Ruang Barokah (11C) PKU Muhammadiyah Gombong
1.      Identitas Pasien
       Nama Tn.S, umur 47 tahun, jenis kelamin laki-laki, agama Islam, suku Jawa/Indonesia, alamat Plarangan-Karanganyar, status menikah, didiagnosa medis Diabetes Mellitus, tanggal masuk 19 Juli 2013 di Ruang Barokah (11C) PKU Muhammadiyah Gombong
      Penanggung jawab yaitu nama Tn. S, umur 43 tahun, jenis kelamin laki-laki, hubungan dengan klien adalah adik kandung, alamat Plarangan-Karanganyar.
2.      Riwayat keperawatan
Text Box: 13      Klien mengatakan demam sejak 4 hari yang lalu, nyeri perut sebelah kanan dan lemas, saat dikaji tanggal 22 Juli 2013 pukul 09.00 WIB di Ruang Barokah PKU Muhammadiyah Gombong klien mengatakan masih lemas, kadang kesemutan terutama pada pagi hari setelah bangun tidur, mudah lelah dan lesu, didapatkan TD: 114/76 mmHg, N: 72 x/menit, RR: 22 x/menit, S: 36,80C.
      Sebelum dirawat di PKU Muhammadiyah Gombong klien berobat ke dokter terdekat yang ada didaerahnya. Klien mengatakan menderita diabetes ± 3 tahun dan jarang kontrol. Saat masih bujangan klien pernah BAK seperti pasir namun tidak berobat.
      Keluarga klien tidak ada riwayat penyakit menular dan penyakit menurun seperti Diabetes, hipertensi, TBC, Hepatitis, dan lain-lain.
3.      Pengkajian Fokus
       Pengkajian pola fungsional menurut Viginia Handerson diperoleh data :
a.       Pola Nutrisi
Sebelum sakit : klien mengatakan sering minum kopi sehari lebih dari 3 kali, gulanya kadang-kadang 2 sendok makan kadang lebih sesuai selera manis menurutnya. Minum teh sehari 1-2 kali. Makan sehari 3x dengan nasi, sayur , dan lauk seadanya.
Saat dikaji : klien mengatakan kadang minum teh sehari 1 kali, minum air putih sehari ± 8 gelas. Klien menghabiskan porsi makan dari RS dan pasien ngemil jajan yang dibawa keluarga dari rumah seperti sriping singkong, sale pisang dll.
b.      Pola Eliminasi
Sebelum sakit :  klien mengatakan BAK lancar 6x sehari, warna kekuningan. BAB 2x sehari, konsistensi lunak, warna kekuningan.
Saat dikaji : klien mengatakan BAK > dari 6x sehari ± 4x pada malam hari, warna kuning, BAB 1x sehari pada pagi hari, konsistensi lunak, warna kekuningan.
c.       Pola Istirahat dan Tidur
Sebelum sakit : klien mengatakan tidur malam ±8 jam, tidur siang ± 1 jam, tidak ada keluhan, dan tidur dengan nyenyak.
Saat dikaji : klien mengatakan tidur malam ±5 jam, terbangun karena sering BAK dan tidur siang ± 2 jam.
d.      Pola Aktifitas
Sebelum sakit : klien dapat beraktifitas secara mandiri sebagai buruh bangunan dan buruh tani.
Saat dikaji : klien hanya tiduran saja di RS dan dapat melakukan aktifitasnya secara mandiri dengan pengawasan keluarga atau perawat namun klien mengeluh mudah lelah, lesu dan lemas.
e.       Kebutuhan Belajar
Sebelum sakit : klien mengatakan lulusan Sekolah Dasar.
Saat dikaji : klien mengatakan belum begitu tahu tentang penyakitnya. Yang ia tau hanya mengurangi makanan yang manis-manis, klien juga cemas akan penyakitnya.
f.       Keadaan  umum klien baik, tekanan darah 114/76 mmHg, suhu 36,80C, respirasi 22 kali/menit, nadi 72 kali/menit, bentuk kepala mesochepal, mata : simetris, konjungtiva tidak anemis dan tidak ikterik, penglihatan kadang kabur atau ganda,  hidung : bersih, tidak ada polip dan fungsi pendengaran mulai menurun, leher tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, warna kulit sawo matang, turgor kulit elastis, akral teraba hangat, dada tidak ada penggunaan otot pernafasan, pergerakan dinding dada simetris, tidak ada retraksi dinding dada, sonor, suara nafas vesikuler, abdomen datar, terdapat bising usus, tidak teraba massa, tidak ada nyeri tekan, thympani, genetalia laki- laki, tidak terpasang kateter, ekstremitas : tangan kanan terpasang infus RL 12 tpm, tangan dan kaki dapat berfungsi dengan baik.
                  Dari pemeriksaan penunjang penulis mendapatkan data pemeriksaan laboratorium tanggal 19 Juli 2013 yaitu leukosit 13.14 10³/ul, GDS 513 mg/dl. Pada tanggal 21 Juli 2013 GDS >600 mg/dl, tanggal 22 Juli 2013 GDS 414 mg/dl, 23 Juli 2013 GDS high.
      Klien mendapatkan therapy infuse RL 12 tetes/menit, injeksi insulin 3x10 unit secara SC, B kompleks 3x50 mg, cefadroxil 3x500mg, Ranitidine 3x150 mg.

B.   Analisa Data
       Dari data fokus pengkajian diatas pada tanggal 22 Juli 2013 jam 09.00 WIB dapat disimpulkan diagnosa keperawatan yaitu:
       Keletihan berhubungan dengan status penyakit yang ditandai dengan data subyektif  klien mengatakan lemas, lesu, mudah lelah, kesemutan dan kadang kram. Data obyektifnya klien tampak lemas, tampak lesu.
       Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan  tentang Diabetes Mellitus  yang ditandai dengan data subyektif klien mengatakan belum begitu tahu tentang penyakitnya, yang ia tau hanya mengurangi yang manis-manis. Data obyektif  klien tampak makan semaunya sendiri, tampak cemas, gelisah dan bingung, kontak mata kurang, TD 114/76 mmHg, nadi 72 x/menit, RR 22 x/menit.
       Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan kurang kepatuhan pada manajemen diabetik yang ditandai dengan data obyektif GDS tanggal 19 Juli 2013 513 mg/dl, tanggal 20 Juli 2013 >600 mg/dl, 22 Juli 2013 414 mg/dl, klien masih tampak makan semaunya sendiri.
       Dari tiga diagnosa keperawatan yang muncul, penulis membuat prioritas diagnosa  keperawatan menurut Maslow yaitu: (1). Keletihan berhubungan dengan status penyakit, (2). Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang Diabetes Mellitus, (3). Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan kurang kepatuhan pada manajemen diabetik.

C.  Intervensi, Implementasi dan Evaluasi
       Penulis merangkaikan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi menjadi satu tujuan agar pembaca lebih mudah memahami masalah yang dihadapi klien, rencana tindakan apa yang diberikan, bagaimana pelaksanaan dari rencana tindakan tersebut, serta hasil – hasil keperawatan yang dilakukan.


1.     Keletihan berhubungan dengan status penyakit
                   Tujuan yang akan dicapai selama 3 x 24 jam diharapkan keletihan dapat teratasi, dengan kriteria hasil kemampuan aktifitas adekuat, keseimbangan aktifitas dan istirahat.
                   Rencana keperawatan yang telah dibuat meliputi monitor dan cacat pola dan jumlah tidur pasien, jelaskan pada pasien hubungan kelelahan dengan proses penyakit, dorong klien dan keluarga mengekspresikan perasaannya, anjurkan klien melakukan yang meningkatkan relaksasi (membaca dan mendengarkan musik), monitor intake nutrisi, pantau TTV.
       Tindakan yang dilakukan penulis pada tanggal 22 Juli 2013 yaitu mengukur tanda – tanda vital (seperti nadi, respirasi dan suhu), memonitor dan mencatat pola tidur dan jumlah tidur, menganjurkan pasien melakukan yang meningkatkan relaksasi membaca.
       Tindakan yang dilakukan penulis pada tanggal 23 Juli 2013 yaitu mengukur tanda – tanda vital (seperti nadi, respirasi dan suhu), menganjurkan pasien melakukan hal yang meningkatkan relaksasi (mendengarkan musik), mendorong pasien mengekspresikan perasaannya.
       Tindakan yang dilakukan penulis pada tanggal 24 Juli 2013 yaitu mengukur tanda – tanda vital ( seperti nadi, respirasi dan suhu), mendorong klien mengekspresikan perasaannya, memonitor intake nutrisi, menjelaskan hubungan kelelahan dengan proses penyakit.
       Hasil evaluasi tindakan keperawatan pada tanggal 22 Juli 2013 masalah keletihan behubungan dengan status penyakit belum teratasi dengan data subyektif klien mengatakan mudah lelah, lesu dan  kesemutan. Data obyektifnya pasien tampak lemas, lesu,dan tampak malas beraktifitas. Perencanaan selanjutnya yaitu monitor tanda – tanda vital, anjurkan klien melakukan hal yang meningkatkan relaksasi (mendengarkan musik).
       Hasil evaluasi tindakan keperawatan pada tanggal 23 Juli 2013 masalah keletihan behubungan dengan status penyakit belum teratasi dengan data subyektif klien mengatakan lemas, lesu dan kesemutan pada kaki. Data obyektifnya pasien tampak lemas, tampak lesu. Perencanaan selanjutnya yaitu monitor tanda – tanda vital (nadi, respirasi, suhu), konsul dengan ahli dalam, monitor intake nutrisi, jelaskan hubungan kelelahan dengan proses penyakit.
       Hasil evaluasi tindakan keperawatan pada tanggal 24 Juli 2013 masalah keletihan behubungan dengan status penyakit belum teratasi dengan data subyektif klien mengatakan mudah lemas, lelah dan kesemutan. Data obyektifnya pasien tampak lemas, pucat dan lesu. Perencanaan selanjutnya yaitu monitor tanda – tanda vital, monitor dan catat jumlah dan pola tidur klien, monitor intake nutrisi, kaji keluhan utama klien.
2.      Ansietas berhubungan dengan kurangnya kurang pengetahuan tentang Diabetes Mellitus.
       Tujuan yang akan dicapai selama 3 x 24 jam adalah ansietas berkurang dengan kriteria hasil keluarga mampu melakukan sesuai dengan teori yang diajarkan dan mengetahui tentang diabetes mellitus.
       Rencana keperawatan yang telah dibuat meliputi kaji tingkat pengetahuan keluarga klien, berikan pendidikan kesehatan tentang diabetes, penyebab, tanda gejala, dan lain-lain, diskusikan pilihan terapi atau penanganan yang dilakukan, kaji tingkat kecemasan, gunakan pendekatan yang menenangkan, libatkan keluarga untuk mendampingi klien.
       Tindakan yang dilakukan penulis pada tanggal 22 Juli 2013 yaitu  mengkaji tingkat pengetahuan keluarga dan klien, mengkaji tingkat kecemasan, memantau tanda-tanda vital.
       Tindakan yang dilakukan penulis pada tanggal 23 Juli 2013 yaitu mendiskusikan tentang penanganan yang diberikan, memantau tanda-tanda vital, memonitor keluhan utama pasien, menggunakan pendekatan yang menenangkan.
       Tindakan yang dilakukan penulis pada tanggal 24 Juli 2013 yaitu melakukan pendidikan kesehatan tentang diabetes mellitus.
       Hasil evaluasi tindakan dalam setiap tindakan keperawatan pada tanggal 22 Juli 2013 yaitu masalah ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang diabetes mellitus belum teratasi dengan data subyektif klien mengatakan takut akan penyakitnya. Data obyektifnya klien masih terlihat cemas, kontak mata kurang, TD : 114/76 mmHg, nadi: 72 x/menit, RR : 22 x/menit. Perencanaan selanjutnya yaitu gunakan pendekatan yang menenangkan, libatkan keluarga untuk mendampingi pasien, diskusikan pilihan terapi atau penanganan yang diberikan.
       Hasil evaluasi setelah penulis melakukan tindakan keperawatan pada tanggal 23 Juli 2013 yaitu masalah ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang diabetes mellitus belum teratasi. Data subyektif klien mengatakan cemas berkurang dan ingin cepat pulang. Data Obyektifnya klien tampak bingung, kontak mata kurang. Perencanaan selanjutnya yaitu berikan penkes tentang diabetes mellitus.
       Hasil evaluasi setelah penulis melakukan tindakan keperawatan pada tanggal 24 Juli 2013 yaitu masalah ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang diabetes mellitus teratasi dengan data subyektif klien mengatakan sudah lebih tahu tentang penyakitnya dan sudah tidak cemas lagi. Data obyektifnya klien dan keluarga tampak senang dan tenang. Perencanaan selanjutnya memotivasi keluarga untuk mengingatnya dan melakukan tentang materi yang sudah diajarkan.
3.      Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan kurangnya kepatuhan pada manajemen diabetik.
       Tujuan yang akan dicapai selama 3 x 24 jam diharapkan kadar glukosa darah dalam rentang normal dengan kriteria hasil kadar glukosa darah 60-145 mg/dl.
       Rencana keperawatan yang telah dibuat meliputi pantau GDS, pantau asupan nutrisi, monitor tingkat aktifitas fisik, monitor tanda dan gejala hiperglikemia.
      Tindakan yang dilakukan penulis pada tanggal 22 Juli 2013 yaitu memonitor tingkat aktifitas fisik klien, memantau GDS, memberikan insulin 10 unit (subcutan), memonitor tingkat aktifitas.
       Tindakan yang dilakukan penulis pada tanggal 23 Juli 2013 yaitu memantau asupan nutrisi, memonitor tanda dan gejala hiperglikemia, memberikan insulin 10 unit (subcutan).
       Tindakan yang dilakukan penulis pada tanggal 24 Juli 2013 yaitu mengecek glukosa darah sewaktu, memonitor tingkat aktifitas fisik, memberikan insulin 10 unit (subcutan).
       Hasil evaluasi tindakan keperawatan pada tanggal 22 Juli 2013 yaitu masalah resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan kurangnya kepatuhan pada manajemen diabetik belum teratasi dengan data obyektif klien tampak makan semaunya sendiri, GDS tanggal 21 Juli 2013 >600 mg/dl. Perencanaan selanjutnya yaitu monitor GDS, monitor tingkat aktifitas fisik, pantau asupan nutrisi, berikan insulin 10 unit, monitor tanda dan gejala hiperglikemia.
       Hasil evaluasi tindakan keperawatan pada tanggal 23 Juli 2013 yaitu masalah resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan kurangnya kepatuhan pada manajemen diabetik belum teratasi dengan data obyektif GDS tanggal 22 Juli 2013 jam 11.00 WIB high. Perencanaan selanjutnya yaitu mengecek GDS, pantau asupan nutrisi, monitor tingkat aktifitas fisik, berikan insulin 10 unit.
       Hasil evaluasi tindakan keperawatan pada tanggal 24 Juli 2013 yaitu masalah resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan kurangnya kepatuhan pada manajemen diabetik belum teratasi dengan data obyektif kadar GDS tanggal 24 Juli 303 mg/dl. Perencanaan selanjutnya monitor tingkat aktifitas fisik, monitor asupan nutrisi, berikan insulin, monitor GDS.




BAB IV

PEMBAHASAN


       Dalam bab ini penulis akan memberikan uraian tentang Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Istirahat dan Tidur Pada Tn.S di Ruang Barokah PKU Muhammadiyah Gombong yang telah penulis uraikan dengan menggunakan metode pemecahan masalah secara ilmiah dengan pendekatan proses perawatan.
A.      Diagnosa Keperawatan  I : Keletihan berhubungan dengan status penyakit.
       Menurut NANDA (2010) keletihan adalah rasa letih luar biasa dan penurunan kapasitas kerja fisik dan jiwa pada tingkat yang biasanya secara terus menerus.
Salah satu tanda penyakit Diabetes adalah kelemahan/keletihan yang disebabkan karena tidak ada atau penurunan insulin dalam tubuh yang menyebabkan penurunan atau gangguan uptake glukosa dari darah ke sel. Karena penurunan insulin tersebut maka gula dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel dan sel akan kekurangan nutrisi.
Text Box: 24Menurut Mirza (2012) tubuh biasanya mendapatkan glukosa dari makanan yang dikonsumsi baik secara langsung  dari makanan yang manis atau karbohidrat maupun secara tidak langsung dari jenis makanan lain. Glukosa diserap ke dalam aliran darah dan bergerak dari aliran darah ke seluruh sel-sel dalam tubuh dimana ia dapat digunakan sebagai energi melalui proses metabolisme.  Ketika sel kekurangan nutrisi akibat kekurangan insulin maka terjadi penurunan metabolisme sel. Dari penurunan metabolisme sel tersebut mengakibatkan penurunan produksi energi sehingga menyebabkan keletihan.
       Menurut NANDA faktor yang berhubungan dengan keletihan yaitu
a.       Faktor Psikologis yang meliputi ansietas, gaya hidup membosankan, depresi, stres, kondisi fisik buruk, kehamilan, dan kurang tidur.
b.      Faktor Fisiologis meliputi anemia, status penyakit, peningkatan kelelahan fisik, malnutrisi, kebisingan, dan suhu.
c.       Faktor Lingkungan meliputi kelembaban dan cahaya.
d.      Faktor Situasional meliputi peristiwa hidup negatif dan pekerjaan.
Batasan karakteristiknya gangguan konsentrasi, gangguan libido, penurunan performa, kurang minat terhadap dunia sekitar, mengantuk, merasa bersalah karena tidak dapat menjalankan tanggungjawab, ketidakmampuan mempertahankan aktifitas fisik pada tingkat yang biasanya, ketidakmampuan mempertahankan rutinitas yang biasanya, ketidakmampuan memulihkan energi setelah tidur sekalipun, peningkatan keluhan fisik, peningkatan kebutuhan terhadap istirahat, introspeksi, kurang energi, letargi, lesu, persepsi membutuhkan energi tambahan untuk menyelesaikan tugas rutin, lelah, mengatakan kurang energi yang tidak kunjung reda, mengatakan kurang energi yang luar biasa.

B.       Diagnosa Keperawatan II : Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang diabetes mellitus.
       Menurut NANDA (2010) ansietas adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang sspesifik atau tidak diketahui oleh individu; perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman.
Tingkat pendidikan klien mempengaruhi kecemasan yang dialami penderita diabetes tersebut. Kurang pahamnnya klien tentang penyakit yang dialami dan prosedur tindakan yang akan dilakukan membuat klien cemas. Bahkan terkadang membuat klien takut dengan tindakan yang akan dilakukan dan pengobatan yang  akan dijalani. Kurang pahamnya klien tentang penyakitnya dapat disebabkan karena minimnya informasi dan ada tidaknya keinginan klien untuk mencari informasi tentang penyakitnya.
Menurut NANDA (2010) faktor yang berhubungan dengan ansietas yaitu perubahan dalam (status ekonomi, lingkungan, status kesehatan, pola interaksi, fungsi peran, dan status peran), pemajanan toksin, terkait keluarga, herediter, infeksi/kontaminan interpersonal, penularan penyakit interpersonal, krisis maturasi, krisis situasional, stres, penyalahgunaan zat, ancaman kematian ancaman pada : status ekonomi, lingkungan, status kesehatan, pola interaksi, fungsi peran, status peran, dan konsep diri, konflik yang tidak didasari mengenai tujuan penting hidup, konflik yang  tidak disadari mengenai nilai yang esensial atau penting, kebutuhan yang tidak dipenuhi.
Menurut NANDA (2010) batasan karakteristiknya adalah sebagai berikut:
a.       Perilaku meliputi penurunan produktifitas, mengekpresikan kekhawatiran karena perubahan dalam peristiwa hidup, gerakan yang irelevan, gelisah, melihat sepintas, kontak mata yang buruk, agitasi, mengintai, dan tampak waspada.
b.      Afektif meliputi gelisah, kesedihan yang mendalam, distres, ketakutan, perasaan tidak adekuat, berfokus pada diri sendiri, peningkatan kewaspadaan, iritabilitas, gugup, senang berlebihan, rasa nyeri yang meningkatkan ketidakberdayaan, peningkatan rasa ketidakberdayaan yang persisten, bingung, menyesal, ragu/tidak percaya diri, dan khawatir.
c.       Fisiologis meliputi wajah tegang, tremor tangan, peningkatan keringat, peningkatan ketegangan, gemetar, tremor, dan suara bergetar.
d.      Simpatik meliputi anoreksia, eksitasi kardiovaskuler, diare, mulut kering, wajah merah, jantung berdebar-debar, peningkatan tekanan darah, peningkatan denyut nadi, peningkatan refleks, peningkatan frekuensi pernafasan, pupil melebar, kesulitan bernafas, vasokontriksi superfisial, kedutan pada otot, dan lemah.
e.       Parasimpatik meliputi nyeri abdomen, penurunan tekanan darah, penurunan denyut nadi, diare, vertigo, letih, mual, gangguan tidur, kesemutan pada ekstremitas, sering berkemih, anyang-anyangan, dan dorongan berkemih (keinginan mendesak untuk berkemih).
f.       Kognitif meliputi mewaspadai gejala fisiologi, bloking pikiran, konfusi, penurunan lapang persepsi, kesulitan berkonsentrasi, penurunan kemampuan untuk belajar, ketakutan terhadap konsekuensi yang tidak spesifik, lupa, gangguan perhatian, khawatir, melamun dan cenderung menyalahkan orang.

C.      Diagnosa Keperawatan III : Resiko ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan kurangnya kepatuhan pada manajemen diabetik
       Menurut NANDA (2010) resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah adalah resiko terhadap variasi kadar glukosa/gula darah dari rentang normal.
       Diabetes mellitus adalah suatu kondisi dimana kadar gula dalam darah lebih tinggi dari biasa atau normal (normal: 60-145 mg/dl), karena tubuh tidak dapat melepaskan insulin secara cukup. Insulin itu sendiri dihasilkan oleh pankreas dalam tubuh untuk mempertahankan kadar gula dalam darah agar tetap normal. Hal ini disebabkan tidak dapatnya gula memasuki sel-sel yang terjadi karena tidak terdapat atau kekurangan atau resisten terhadap insulin.
       Tubuh biasanya mendapatkan glukosa dari makanan yang dikonsumsi baik secara langsung  dari makanan yang manis atau karbohidrat maupun secara tidak langsung dari jenis makanan lain. Glukosa diserap ke dalam aliran darah dan bergerak dari aliran darah ke seluruh sel-sel dalam tubuh dimana ia dapat digunakan sebagai energi melalui proses metabolisme. Untuk mengubah glukosa menjadi energi atau menyimpan glukosa tubuh memerlukan insulin yang dihasilkan oleh sekelompok sel pada pankreas yang dinamakan pulau-pulau langerhans.
       Secara normal glukosa masuk ke dalam sel-sel dan selebihnya dibersihkan dari darah dalam waktu dua jam. Jika tubuh tidak memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup atau insulin yang tersedia tidak bekerja sebagaimana mestinya, maka sel-sel tidak dapat terbuka dan ini menyebabkan glukosa terkumpul dalam darah sehingga terjadi ketidakstabilan kadar glukosa darah (Maulana, 2010). Ketidakstabilan tersebut tergantung dari pola makan klien apabila klien tidak mampu mengontrol makan makanan yang mengandung tinggi karbohidrat dan yang manis-manis maka hasil pengecekkan hasil glukosa darahnyapun berubah-ubah.
       Menurut NANDA (2010) faktor resikonya meliputi kurang pengetahuan tentang manajemen diabetes, tingkat perkembangan, asupan diet, pemantauan glukosa darah tidak adekuat, kurang penerimaan terhadap diagnosis, kurang kepatuhan pada manajemen diabetik, kurang manajemen diabetes, manajemen medikasi, status kesehatan mental, tingkat aktifitas fisik, status kesehatan fisik, kehamilan, periode pertumbuhan cepat, stres, penambahan berat badan, dan penurunan berat badan.


D.    Implementasi
       Dari diagnosa I yaitu keletihan behubungan dengan status penyakit penulis melakukan semua tindakan sesuai dengan perencanaan  meliputi :
1.         Memonitor dan mencatat pola dan jumlah tidur klien untuk mengetahui apakah kebutuhan istirahatnya terpenuhi atau tidak, karena biasanya pada penderita diabetes terjadi poliuria.
2.         Menjelaskan pada pasien hubungan kelelahan dengan proses penyakit agar klien tahu kenapa dia sering merasa lelah sehingga klien dapat menjaga keseimbangan antara energi dan aktifitasnya.
3.         Mendorong klien dan keluarga mengekpresikan perasaannya agar klien merasa lega dan mengurangi stres.
4.         Menganjurkan klien melakukan yang meningkatkan relaksasi (membaca dan mendengarkan musik), dengan relaksasi klien akan lebih tenang dan membaca dan mendengarkan musik merupakan aktifitas yang tidak memerlukan banyak energi.
5.         Memonitor intake nutrisi untuk mengetahui sejauhmana kepatuhan diet klien.
6.         Memantau tanda-tanda vital untuk mengetahui ada penurunan tanda-tanda vital sebagai tanda adanya keletihan.
       Dari diagnosa II yaitu ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang diabetes penulis melakukan semua tindakan sesuai dengan perencanaan meliputi :
1.         Mengkaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga untuk mengetahui apakah klien dan keluarga sudah mengetahui tentang diabetes, penyebab, tanda gejala, komplikasi dll.
2.         Memberikan pendidikan kesehatan tentang diabetes, penyebab, tanda gejala, komplikasi dan lain-lain, dengan dilakukannya penkes klien dan keluarga jadi lebih tahu tentang penyakit yang dialami klien sehingga klien dan keluarga dapat merawat klien dirumah dan menjaga pola makan klien.
3.         Mendiskusikan pilihan terapi atau penanganan yang dilakukan ini bertujuan agar klien tahu apa manfaat dari tindakan yang sudah diberikan kepada klien sehingga klien tahu tujuan dari tindakan yang diberikan pada klien.
4.         Mengkaji tingkat kecemasan, dari hasil pengkajian penulis mendapatkan data klien mengatakan cemas dengan kondisi penyakitnya sehingga sebelum masuk rumah sakit klien jarang berobat. Dengan mengkaji tingkat kecemasan kita juga dapat menemukan seberapa jauh klien mengetahui tentang penyakitnya dan penanganan apa yang akan dilakukan selanjutnya sesuai tingkat dan penyebab kecemasan klien.
5.         Menggunakan pendekatan yang menenangkan ini agar klien tenang dan tidak takut dengan tindakan yang akan diberikan. Dengan pendekatan ini dapat menjalin komunikasi yang baik sehingga klien memberikan kepercayaan pada perawat.
6.         Melibatkan keluarga untuk mendampingi klien dalam setiap tindakan agar keluarga tahu tindakan apa yang diberikan kepada klien.
       Dari diagnosa III yaitu resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan kurang patuhnya terhadap manajemen diabetik penulis melakukan semua tindakan sesuai dengan perencanaan  meliputi :
1.         memantau GDS untuk mengetahui kadar glukosa dalam darah meningkat atau menurun dan untuk mengontrol agar kadar glukosa dalam darah dalam rentang normal.
2.         memantau asupan nutrisi untuk tahu bagaimana kepatuhan klien dalam menjalani diet diabetes sehingga dapat mengontrol pola makan klien.
3.         memonitor tingkat aktifitas klien ini agar tahu aktifitas apa saja yang dilakukan oleh klien sehingga dapat memotivasi klien agar menjaga keseimbangan antara aktifitas dan kebutuhan energi yang dimiliki klien.
4.         Memberikan insulin akan mempercepat pengangkutan glukosa kedalam sel.

E.     ANALISIS TINDAKAN
       Tindakan yang penulis ambil adalah relaksasi mendengarkan musik dan membaca berdasarkan keluhan klien yaitu lemas, mudah lelah, lesu dan mengatakan tidur malam ± 5 jam terbangun karena sering BAK.
Menurut Hakim (2004; 41) relaksasi merupakan suatu proses pembebasan diri dari segala macam bentuk ketegangan otot maupun pikiran senetral mungkin atau tidak memikirkan apapun. Teknik relaksasi semakin dilakukan karena terbukti efektif dalam mengurangi ketegangan dan kecemasan. Di Indonesia, penelitian tentang relaksasi juga sudah cukup banyak dilakukan dan bermanfaat untuk mengurangi keluhan fisik.
Secara umum, teknik relaksasi melibatkan memfokuskan kembali perhatian anda pada sesuatu yang menenangkan dan meningkatkan kesadaran tubuh anda, tidak peduli teknik relaksasi yang anda pilih yang penting adalah bahwa anda mencoba untuk berlatih relaksasi secara teratur untuk menuai manfaatnya.
       Salah satu alat yang paling kuat psikolog dapat menggunakan sebenarnya bukan hal baru, kata Herbert Benson, MD, di Konvensi Tahunan APA. Bahkan ini merupakan pendekatan yang telah ada selama ribuan tahun, namun potensi penuh masih belum dimanfaatkan.
Benson mengacu pada respon relaksasi, keadaan fisik deep istirahat yang mengubah respon fisik dan emosional seseorang terhadap stres. Benson, dari Harvard Medical School dan Benson-Henry Institute for Mind Body Medicine di Massachusetts General Hospital, menemukan kekuatan relaksasi respon untuk mengurangi stres pada tahun 1960. Tetapi penelitian selanjutnya rekannya menemukan bahwa pendekatan ini benar-benar tidak berbeda dari apa yang telah dilakukan orang selama berabad-abad melalui doa, nyanyian dan gerakan berulang.
Teknik relaksasi (juga disebut teknik relaksasi respon) dapat digunakan oleh beberapa orang untuk melepaskan ketegangan dan untuk melawan efek buruk dari stres. Teknik relaksasi juga digunakan untuk menginduksi tidur, mengurangi rasa sakit, dan emosi tenang. Lembar fakta ini memberikan informasi dasar tentang teknik relaksasi, merangkum penelitian ilmiah tentang efektivitas dan keamanan, dan menyarankan sumber-sumber untuk informasi tambahan.
Teknik relaksasi dapat menjadi bagian yang efektif dari rencana perawatan keseluruhan untuk kegelisahan, depresi, dan beberapa jenis nyeri. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa teknik ini dapat membantu dengan kondisi lain, seperti dering di telinga dan kandung kemih terlalu aktif. Namun, kemampuan mereka untuk memperbaiki kondisi seperti tekanan darah tinggi dan asma tidak jelas.
Dalam 30 tahun terakhir, telah ada minat yang besar terhadap respon relaksasi dan bagaimana mendorong negara ini dapat bermanfaat bagi kesehatan. Penelitian telah difokuskan terutama pada penyakit dan kondisi di mana stres mungkin memainkan peran baik sebagai penyebab kondisi atau sebagai faktor yang dapat membuat kondisi lebih buruk.
       Saat ini, penelitian telah meneliti teknik relaksasi untuk berbagai macam keluhan diantaranya :
       Kecemasan. Studi telah menunjukkan bahwa relaksasi dapat membantu dalam pengobatan sgangguan panik. Teknik relaksasi juga telah digunakan untuk meredakan kecemasan bagi orang-orang dalam situasi stres, seperti ketika menjalani prosedur medis.
       Kandung kemih terlalu aktif. Kandung kemih kembali pelatihan dikombinasikan dengan relaksasi dan latihan lain dapat membantu mengontrol urgensi kemih.
Dering ditelinga. Penggunaan latihan relaksasi dapat membantu pasien mengatasi kondisi tersebut.
Relaksasi membaca dan mendengarkan musik dipilih sebagai cara untuk mengurangi kelelahan pada klien. Melalui musik, ketegangan otot kita berkurang. Musik relaksasi juga meningkatkan gerakan dan koordinasi tubuh. Mendengarkan musik relaksasi bisa menjadi cara yang efektif dalam menemukan energi ekstra bagi tubuh. Hal ini dapat menghilangkan kelelahan yang disebabkan terlalu banyak latihan dan kelelahan yang disebabkan oleh pekerjaan repetitif dan membosankan. Selain itu salah satu cara mengatasi insomnia adalah dengan mendengarkan musik klasik. Studi menunjukkan bahwa mendengarkan musik bahkan untuk 45 menit dapat membuat Anda santai.
Tubuh manusia membutuhkan glukosa atau gula darah sebagai energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Tetapi jika kadar glukosa dalam darah terlalu tinggi, tubuh Anda jelas berada dalam bahaya. Semakin tinggi kadar glukosa darah  maka keletihan juga tidak teratasi bila tidak diimbangi dengan aktifitas. Rutin melakukan latihan atau kegiatan jasmani sangat penting bagi seorang penyandang diabetes karena dapat menurunkan konsentrasi gula darah. Gula dalam darah tersebut akan dibakar sebagai energi sehingga tidak ada gula yang menumpuk.
Salah satu latihan jasmani yang direkomendasikan sebagai cara menurunkan kadar gula darah yang mudah dan aman adalah berjalan kaki minimal 30 menit setiap hari. Latihan jasmani ini dapat membantu menurunkan berat badan. Penurunan berat badan sebanyak 10% saja pada sebagian orang normal dapat bermanfaat mengembalikan glukosa darah ke tingkat normal. Berjalan kaki memberikan efek penurunan kadar gula darah dengan cara mengambil alih peran GLUT-2 (glucose-transporting molecules-2) atau transporter gula dalam darah dalam mengangkut gula ke membran sel. Selain itu, berjalan kaki juga mampu meningkatkan produksi GLUT-4atautransporter gula di dalam sel yang memungkinkan gula memasuki sel secara lebih efisien. Intinya, berjalan kaki menurunkan kebutuhan tubuh Anda akan insulin dan membuat sel-sel otot Anda lebih sensitif terhadap insulin dari dalam tubuh.





DAFTAR PUSTAKA


Dian. 2006. A healthy break. February 27, 2008. www.dianweb.org.
Herdman, T., H (ed.) 2012. NANDA International Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014, Jakarta: EGC.
Institute for Mind Body Medicine. Relaxation techniques. Numerik control. http://www.mayoclinic.com/health/relaxationtechnique/SR00007/NSECTIONGROUP=2.Ascessed 16 Oct 2011
Jorm AF, Morgan AJ, Hetrick SE. Relaxation for depression. Cochrane Database of Systematic Reviews. 2008;(4):CD007142. Accessed at www.cochrane.org/reviews on February 2, 2010.
Kozier B., Erb G., Berman A., & Snyder S.J. 2004. Fundamentals of Nursing Concepts, Process and Practice 7th Ed., New Jersey: Pearson Education Line.
Maulana, Mirza. 2012.Mengenal Diabetes: Panduan Praktis Menangani Penyakit Kencing Manis. Kata Hati: Jogjakarta.
Mubarak, Wahit & Chayatin. (2008.) Textbook of Basic Human Needs  Theory and Applications in Practice. Jakarta: EGC.

NANDA Internasional, Nursing Diagnoses-Definitions & Classificaions 2009-2011.
Panduan diagnose keperawatan nanda  2012 – 2014. Jakarta. Penerbit: EGC
Sara Martin. 2008.Benson's invited address was sponsored by Div. 12 (Society of Clinical Psychology) and Div. 38 (Health). Vol 39, No 9.
Tarwoto dan Wartonah. 2011.Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.Edisi 4.Salemba Medika: Jakarta.
Yahya Yanuar, Lukmanul Hakim (2004), Programming with Delphi Microsoft SQL Server database, Elex Media Komputindo, Jakarta.

No comments:

Post a Comment