BAB I
PENDAHULUAN
A. Judul
“Asuhan
Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Istirahat dan Tidur Pada Tn.S di Ruang Barokah PKU Muhammadiyah Gombong”
B. Latar
Belakang
Istirahat merupakan keadaan yang relaks
tanpa adanya tekanan emosional, bukan hanya dalam keadaan tidak beraktifitas
saja akan tetapi membutuhkan ketenangan.
Tidur
merupakan suatu kondisi tidak sadar yang mana individu dapat dibangunkan oleh
stimulus atau sensori yang sesuai atau juga dapat dikatakan suatu keadaan tidak
sadarkan diri yang relatif yang bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa
kegiatan akan tetapi lebih merupakan suatu urutan siklus yang berulang, dengan
ciri minimnya aktifitas, memiliki kesadaran yang bervariasi, terdapat
perubahan-perubahan proses fisiologis dan terjadi penurunan respon terhadap
rangsangan dari luar.
Keteraturan
dan lamanya tidur dari masing-masing orang seperti halnya dengan masa sakit,
maka tidur merupakan persoalan yang bersifat pribadi. Ada orang yang lebih
memerlukan banyak tidur dibandingkan yang lain. Ada orang yang mudah tidur dan
sulit tidur, ada tidur yang tenang dan tidak tenang. Kebiasaan-kebiasaan
agaknya memegang peranan dalam pola-pola tidur dan tidur akan lebih mudah jika
kebiasaan-kebiasaan itu tetap diikuti (Dian, 2006).
Banyak sekali yang mempengaruhi kualitas
dan kuantitas tidur seseorang antara lain kepulasan atau mutu tidur dan lama
waktu tidur seseorang. Pasien yang di rawat di rumah sakit mempunyai
kecenderungan terganggu tidurnya yang mungkin disebabkan oleh aktifitas yang
menimbulkan kegaduhan, lampu yang menyala terang, terganggu oleh dengkuran
pasien lain ataupun yang terpaksa dibangunkan karena adanya prosedur tindakan
tertentu (Kozier, 2004).
Keadaan
sakit sering memerlukan waktu tidur lebih banyak dari orang normal karena
kondisi saat sakit memerlukan pemulihan sistem tubuh untuk mengembalikan
kondisi seperti semula saat sebelum sakit. Namun demikian, keadaan sakit dapat
menjadikan pasien kurang tidur atau tidak dapat tidur oleh karena banyak faktor
diantaranya adalah rasa sakit yang dideritanya, pengunjung pasien lain secara
berkelompok, lingkungan yang kurang nyaman, dan sebagainya (Kozier, 2004).
Fungsi
dan tujuan dari tidur secara jelas tidak diketahui akan tetapi diyakini bahwa
tidur dapat digunakan untuk menjaga keseimbangan mental, emosional dan
kesehatan, mengurangi stres pada pulmonary, kardiovaskuler, endokrin dan
lain-lain. Energi disimpan selama tidur, sehingga energi diarahkan kembali pada
fungsi celluler yang penting. Tidur dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor
diantaranya penyakit, latihan, kelelahan, stres, obat-obatan, nutrisi,
lingkungan, motivasi dan lain sebagainya.
Menurut Herdman (2012)
keletihan adalah rasa letih luar biasa dan penurunan kapasitas kerja
fisik dan jiwa pada tingkat yang biasanya secara terus menerus.
Diagnosa ini penulis
angkat karena dari hasil pengkajian diperoleh data klien mengatakan lemas,
lesu, dan mudah lelah, data obyektif tekanan darah 114/76 mmHg, nadi 72
x/menit, respirasi 22 x/menit. Klien juga mengatakan sering BAK pada malam hari
sehingga kurang tidur karena berisik
banyak pengunjung yang datang menjenguk.
Diabetes Mellitus adalah suatu kondisi dimana
kadar gula didalam darah lebih tinggi dari biasa/normal (normal 60-145mg/dl),
karena tubuh tidak dapat menggunakan hormon insulin secara cukup. Hal ini
disebabkan tidak dapatnya gula memasuki sel-sel yang terjadi karena tidak
terdapat atau resisten terhadap insulin. Insulin memasukkan gula kedalam sel
sehingga bisa menghasilkan energi atau disimpan sebagai cadangan energi (Maulana,
2012). Karena insulin yang dibutuhkan
kurang atau tidak ada maka gula tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga energi
yang dihasilkanpun berkurang dan menimbulkan keletihan.
C. Isi
1.
Ringkasan Teks
Tidur
merupakan suatu kondisi tidak sadar yang mana individu dapat dibangunkan oleh
stimulus atau sensori yang sesuai atau juga dapat dikatakan suatu keadaan tidak
sadarkan diri yang relatif yang bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa
kegiatan akan tetapi lebih merupakan suatu urutan siklus yang berulang, dengan
ciri minimnya aktifitas, memiliki kesadaran yang bervariasi, terdapat
perubahan-perubahan proses fisiologis dan terjadi penurunan respon terhadap
rangsangan dari luar.
Keadaan sakit sering memerlukan
waktu tidur lebih banyak dari orang normal karena kondisi saat sakit memerlukan
pemulihan sistem tubuh untuk mengembalikan kondisi seperti semula saat sebelum
sakit. Namun demikian, keadaan sakit dapat menjadikan pasien kurang tidur atau
tidak dapat tidur oleh karena banyak faktor diantaranya adalah rasa sakit yang
dideritanya, pengunjung pasien lain secara berkelompok, lingkungan yang kurang
nyaman, dan sebagainya (Kozier, 2004).
Tidur dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor
diantaranya penyakit, latihan, kelelahan, stres, obat-obatan, nutrisi,
lingkungan, motivasi dan lain sebagainya.
Menurut Herdman (2012)
keletihan adalah rasa letih luar biasa dan penurunan kapasitas kerja
fisik dan jiwa pada tingkat yang biasanya secara terus menerus.
Diagnosa ini penulis angkat karena dari hasil
pengkajian diperoleh data klien mengatakan lemas, lesu, dan mudah lelah, data
obyektif tekanan darah 114/76 mmHg, nadi 72 x/menit, respirasi 22 x/menit.
Klien juga mengatakan sering BAK pada malam hari sehingga kurang tidur karena berisik banyak pengunjung yang datang
menjenguk.
Diabetes
Mellitus adalah suatu kondisi dimana kadar gula didalam darah lebih tinggi dari
biasa/normal (normal 60-145mg/dl), karena tubuh tidak dapat menggunakan hormon
insulin secara cukup. Hal ini disebabkan tidak dapatnya gula memasuki sel-sel
yang terjadi karena tidak terdapat atau resisten terhadap insulin. Insulin
memasukkan gula kedalam sel sehingga bisa menghasilkan energi atau disimpan
sebagai cadangan energi (Maulana, 2012).
Karena insulin yang dibutuhkan kurang atau tidak ada maka gula tidak
dapat masuk ke dalam sel sehingga energi yang dihasilkanpun berkurang dan
menimbulkan keletihan.
2. Ikhtisar
Tidur merupakan suatu kondisi tidak sadar yang mana
individu dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensori yang sesuai atau juga
dapat dikatakan suatu keadaan tidak sadarkan diri yang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor
diantaranya penyakit, latihan, kelelahan, stres, obat-obatan, nutrisi,
lingkungan, motivasi dan lain sebagainya.
Menurut Herdman (2012)
keletihan adalah rasa letih luar biasa dan penurunan kapasitas kerja
fisik dan jiwa pada tingkat yang biasanya secara terus menerus.
Diabetes
Mellitus adalah suatu kondisi dimana kadar gula didalam darah lebih tinggi dari
biasa/normal (normal 60-145mg/dl), karena tubuh tidak dapat menggunakan hormon
insulin secara cukup. Hal ini disebabkan tidak dapatnya gula memasuki sel-sel
yang terjadi karena tidak terdapat atau resisten terhadap insulin. Insulin
memasukkan gula kedalam sel sehingga bisa menghasilkan energi atau disimpan
sebagai cadangan energi (Maulana, 2012). Karena insulin yang dibutuhkan kurang
atau tidak ada maka gula tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga energi yang
dihasilkanpun berkurang dan menimbulkan keletihan.
D.
Penutup
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa
diabetes mellitus adalah suatu penyakit kelainan metabolisme yang disebabkan
kurangnya hormon insulin sehingga kadar gula
dalam darah melebihi batas normal. Glukosa itu sendiri digunakan oleh
tubuh untuk membentuk energi melalui proses
metabolisme. Karena kurangnya produksi insulin maka glukosa tidak dapat
masuk kedalam sel secara maksimal sehingga cadangan energipun berkurang dan
menyebabkan keletihan.
BAB II
KONSEP DASAR
A.
Konsep
Kebutuhan Dasar
Kebutuhan adalah merupakan sesuatu hal
yang sangat penting, bermanfaat, ataupun diperlukan untuk menjaga homeostatis
dan kehidupan itu sendiri (Mubarak & Chayatin, 2008).
Adapun hierarki tersebut meliputi lima kebutuhan dasar dari
Abraham Maslow yang salah satunya adalah kebutuhan fisiologis dan merupakan
kebutuhan prioritas tertinggi. Umumnya seseorang memiliki beberapa kebutuhan
yang belum terpenuhi akan lebih dulu memenuhi kebutuhan fisiologisnya dibanding
kebutuhan yang lain. Kebutuhan fisiologis merupakan hal yang mutlak harus
dipenuhi manusia untuk bertahan hidup dan memiliki delapan macam kebutuhan.
Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan oksigen dan pertukaran gas, kebutuhan
cairan dan elektrolit, kebutuhan makanan, kebutuhan eliminasi urine, kebutuhan
istirahat dan tidur, kebutuhan aktifitas, dan kebutuhan sexsual.
Secara umum ada beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi kebutuhan manusia meliputi penyakit, hubungan yang berarti,
konsep diri, tahap perkembangan, dan struktur keluarga. Saat seseorang dalam
kondisi sakit ia tidak mampu memenuhi kebutuhannya sendiri sehingga membutuhkan
bantuan orang lain dan dengan membina hubungan yang berarti perawat dapat
membantu upaya pemenuhan kebutuhan dasar klien. Selain itu konsep diri juga
mempengaruhi kesadaran individu untuk mengetahui apakah kebutuhan dasarnya
terpenuhi atau tidak dimana struktur keluarga dapat mempengaruhi cara klien
memuaskan kebutuhannya.
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan
dasar yang dibutuhkan oleh semua orang. Untuk dapat berfungsi secara optimal
maka setiap orang memerlukan istirahat
dan tidur yang cukup. Demikian pula orang yang sedang menderita sakit, mereka
juga membutuhkan istirahat dan tidur yang memadai. Namun dalam keadaan sakit
pola tidur seseorang biasanya terganggu (gangguan pola tidur), sehingga perawat
perlu berupaya untuk memenuhi kebutuhan tidur yang normal. Istirahat merupakan
keadaan yang tenang, rileks tanpa tekanan emosional dan bebas dari kegelisahan
atau kecemasan.
Tidur akan terlihat lebih baik setelah
tidur malam yang baik adalah berdasarkan pada keyakinan bahwa tidur akan memulihkan
kondisi fisik, mengurangi stres dan kecemasan, memulihkan kemampuan untuk
mengatasi dan berkonsentrasi pada aktifitas kehidupannya sehari-hari.
Ada beberapa hal yang berhubungan dengan
kebutuhan tidur dan istirahat yaitu :
1. Kebiasaan tidur
Yang perlu diperhatikan kebiasaan banyaknya tidur pasien, kebiasaan menjelang
tidur, jam berangkat tidur, waktu yang diperlukan untuk dapat tidur, jumlah
terjaga selama tidur, obat-obatan yang diminum pasien dan pengaruhnya terhadap tidur, lingkungan tidur sehari-hari,
persepsi pasien terhadap kebutuhan tidur, posisi waktu tidur.
2. Tanda-tanda klinis
kekurangan istirahat dan tidur
Ada beberapa tanda klinis yang perlu
diketahui terhadap pasien yang kurang istirahat dan tidur, pasien mengungkapkan
rasa capek, pasien mudah tersinggung, dan kurang santai, apatis, warna kehitam-hitaman
di sekitar mata, konjungtiva merah, pusing dan mual.
3. Tahap perkembangan
Lama tidur yang dibutuhkan oleh seseorang tergantung pada usia. Semakin tua
usia seseorang semakin sedikit pula lama tidur yang diperlukan.
B.
Relaksasi
Keletihan merupakan efek langsung yang
banyak terjadi sehingga kecantikan dan kesehatan dapat terganggu
karenanya. Pusat layanan Spa menjadi
tempat paling banyak dipilih untuk
memulihkan tubuh yang lelah dan juga untuk menjaga tubuh tetap bugar (fit, fresh, and beauty), serta
untuk melakukan terapi perawatan maupun pengobatan
untuk jenis penyakit tertentu (artikel PR, sabtu 11 Februari 2006). Ada
berbagai cara untuk mengatasi keletihan diantaranya adalah dengan istirahat dan
tidur. Apabila mengalami gangguan tidur seperti sulit tidur dapat dilakukan
relaksasi agar pasien merasa tenang, nyaman dan rileks sehingga dapat tidur dengan
nyenyak.
Adapun pendapat Benson (Buchori, 2008: 10) Relaksasi adalah prosedur
empat langkah yaitu menemukan suasana lingkungan yang tenang, mengendorkan otot-otot
tubuh secara sadar, selama sepuluh sampai dua puluh menit memusatkan diri pada perangkat
mental, menerima
dengan sikap yang pasif terhadap pikiran-pikiran yang sedang bergolak.
Sedangkan menurut Hakim (2004: 41) relaksasi merupakan suatu proses
pembebasan diri dari segala macam bentuk ketegangan otot maupun pikiran
senetral mungkin atau tidak memikirkan apapun.
Maka dapat disimpulkan bahwa teknik relaksasi adalah salah satu bentuk terapi yang berupa pemberian instruksi kepada seseorang dalam bentuk gerakan-gerakan yang tersusun secara sistematis untuk merilekskan otot-otot dan mengembalikan kondisi dari keadaan tegang ke keadaan rileks, normal dan terkontrol, mulai dari gerakan tangan sampai kepada gerakan kaki. Dengan kendornya otot-otot tubuh, yang tegang menjadi rileks (santai), maka akan tercipta suasana perasaan yang tenang dan nyaman. Perasaan yang tenang dan nyaman akan menopang lahirnya pola pikir dan tingkah laku yang positif, normal dan terkontrol pula.
Maka dapat disimpulkan bahwa teknik relaksasi adalah salah satu bentuk terapi yang berupa pemberian instruksi kepada seseorang dalam bentuk gerakan-gerakan yang tersusun secara sistematis untuk merilekskan otot-otot dan mengembalikan kondisi dari keadaan tegang ke keadaan rileks, normal dan terkontrol, mulai dari gerakan tangan sampai kepada gerakan kaki. Dengan kendornya otot-otot tubuh, yang tegang menjadi rileks (santai), maka akan tercipta suasana perasaan yang tenang dan nyaman. Perasaan yang tenang dan nyaman akan menopang lahirnya pola pikir dan tingkah laku yang positif, normal dan terkontrol pula.
Manfaat
dari relaksasi ini adalah untuk mengatasi berbagai macam permasalahan dalam
mengatasi stres, kecemasan, insomnia, dan membangun emosi positif. Selain itu
relaksasi juga dapat membantu mengurangi merokok, meningkatkan penampilan
kerja, sosial dan ketrampilan fisik,
kelelahan, aktifitas mental dan atau latihan fisik yang tertunda dapat diatasi
lebih cepat dengan menggunakan ketrampilan relaksasi.
Relaksasi
yang dapat digunakan untuk pasien diabetes dengan keluhan lemas ini adalah
membaca dan mendengarkan musik. Tujuannya adalah untuk mengatasi keletihan yang
dialami pasien, mengurangi aktifitas klien yang membutuhkan energi banyak
sehingga dapat mengontrol dan menjaga keseimbangan antara energi dan aktifitas.
Selain itu relaksasi ini dapat mengurangi kecemasan, dan meningkatkan istirahat
klien.
BAB III
RESUME KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian ini dilakukan oleh Restiana Setyorini pada tanggal 22 Juli 2013 pukul 09.00 WIB di Ruang Barokah (11C) PKU
Muhammadiyah Gombong
1.
Identitas Pasien
Nama Tn.S, umur 47 tahun, jenis
kelamin laki-laki, agama Islam, suku Jawa/Indonesia, alamat Plarangan-Karanganyar, status menikah, didiagnosa medis Diabetes Mellitus, tanggal masuk 19 Juli 2013 di Ruang Barokah (11C) PKU
Muhammadiyah Gombong
Penanggung jawab yaitu nama Tn. S, umur 43 tahun, jenis
kelamin laki-laki, hubungan dengan klien adalah adik kandung, alamat Plarangan-Karanganyar.
2.
Riwayat keperawatan
Klien mengatakan demam sejak 4 hari yang
lalu, nyeri perut sebelah kanan dan lemas, saat dikaji tanggal 22 Juli 2013 pukul 09.00 WIB di Ruang Barokah PKU Muhammadiyah
Gombong klien
mengatakan masih
lemas, kadang kesemutan terutama pada pagi hari setelah bangun tidur, mudah
lelah dan lesu, didapatkan TD: 114/76 mmHg, N: 72 x/menit, RR: 22 x/menit, S:
36,80C.
Sebelum dirawat di PKU
Muhammadiyah Gombong klien berobat ke dokter terdekat yang ada didaerahnya.
Klien mengatakan menderita diabetes ± 3 tahun dan jarang kontrol. Saat masih
bujangan klien pernah BAK seperti pasir namun tidak berobat.
Keluarga klien tidak ada riwayat penyakit menular dan penyakit menurun seperti Diabetes, hipertensi, TBC,
Hepatitis, dan
lain-lain.
3.
Pengkajian Fokus
Pengkajian pola fungsional menurut
Viginia Handerson diperoleh data :
a.
Pola Nutrisi
Sebelum sakit : klien
mengatakan sering minum kopi sehari lebih dari 3 kali, gulanya kadang-kadang 2
sendok makan kadang lebih sesuai selera manis menurutnya. Minum teh sehari 1-2
kali. Makan sehari 3x dengan nasi, sayur , dan lauk seadanya.
Saat dikaji : klien
mengatakan kadang minum teh sehari 1 kali, minum air putih sehari ± 8 gelas.
Klien menghabiskan porsi makan dari RS dan pasien ngemil jajan yang dibawa
keluarga dari rumah seperti sriping singkong, sale pisang dll.
b.
Pola Eliminasi
Sebelum sakit : klien mengatakan BAK lancar 6x sehari, warna
kekuningan. BAB 2x sehari, konsistensi lunak, warna kekuningan.
Saat dikaji : klien
mengatakan BAK > dari 6x sehari ± 4x pada malam hari, warna kuning, BAB 1x
sehari pada pagi hari, konsistensi lunak, warna kekuningan.
c.
Pola Istirahat dan Tidur
Sebelum sakit : klien
mengatakan tidur malam ±8 jam, tidur siang ± 1 jam, tidak ada keluhan, dan
tidur dengan nyenyak.
Saat dikaji : klien
mengatakan tidur malam ±5 jam, terbangun karena sering BAK dan tidur siang ± 2
jam.
d.
Pola Aktifitas
Sebelum sakit : klien
dapat beraktifitas secara mandiri sebagai buruh bangunan dan buruh tani.
Saat dikaji : klien
hanya tiduran saja di RS dan dapat melakukan aktifitasnya secara mandiri dengan
pengawasan keluarga atau perawat namun klien mengeluh mudah lelah, lesu dan
lemas.
e.
Kebutuhan Belajar
Sebelum sakit : klien
mengatakan lulusan Sekolah Dasar.
Saat dikaji : klien
mengatakan belum begitu tahu tentang penyakitnya. Yang ia tau hanya mengurangi
makanan yang manis-manis, klien juga cemas akan penyakitnya.
f.
Keadaan umum klien baik, tekanan darah 114/76 mmHg, suhu 36,80C, respirasi 22 kali/menit, nadi 72 kali/menit,
bentuk kepala mesochepal, mata : simetris, konjungtiva tidak anemis dan tidak ikterik, penglihatan kadang kabur
atau ganda, hidung : bersih, tidak ada polip dan fungsi pendengaran
mulai menurun, leher
tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, warna kulit sawo matang, turgor kulit elastis,
akral teraba hangat, dada
tidak ada
penggunaan otot pernafasan, pergerakan dinding dada simetris, tidak ada retraksi dinding dada, sonor, suara nafas vesikuler, abdomen datar, terdapat bising usus, tidak teraba massa, tidak ada nyeri tekan,
thympani, genetalia
laki- laki,
tidak terpasang kateter, ekstremitas
: tangan kanan terpasang infus RL 12 tpm, tangan dan kaki dapat berfungsi
dengan baik.
Dari pemeriksaan penunjang penulis
mendapatkan data pemeriksaan laboratorium tanggal 19 Juli 2013 yaitu leukosit 13.14 10³/ul,
GDS 513 mg/dl. Pada tanggal 21 Juli 2013 GDS >600 mg/dl, tanggal 22 Juli
2013 GDS 414 mg/dl, 23 Juli 2013 GDS high.
Klien mendapatkan therapy infuse RL 12 tetes/menit, injeksi insulin 3x10 unit secara SC, B kompleks 3x50 mg, cefadroxil 3x500mg, Ranitidine
3x150 mg.
B.
Analisa Data
Dari data fokus pengkajian
diatas pada tanggal 22 Juli 2013 jam 09.00 WIB dapat disimpulkan diagnosa keperawatan yaitu:
Keletihan
berhubungan dengan status penyakit yang ditandai dengan
data subyektif klien mengatakan lemas, lesu, mudah lelah, kesemutan dan kadang
kram. Data obyektifnya klien tampak lemas, tampak lesu.
Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang Diabetes Mellitus yang ditandai dengan data subyektif klien
mengatakan belum begitu tahu tentang penyakitnya,
yang ia tau hanya mengurangi yang manis-manis. Data
obyektif klien tampak makan semaunya sendiri, tampak cemas,
gelisah dan bingung, kontak mata kurang, TD 114/76 mmHg, nadi 72 x/menit, RR 22
x/menit.
Resiko
ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan kurang kepatuhan pada
manajemen diabetik yang ditandai dengan data obyektif GDS tanggal 19 Juli 2013 513 mg/dl, tanggal 20
Juli 2013 >600 mg/dl, 22 Juli 2013 414 mg/dl, klien masih tampak makan
semaunya sendiri.
Dari tiga diagnosa keperawatan yang muncul, penulis membuat
prioritas diagnosa keperawatan menurut
Maslow yaitu: (1). Keletihan
berhubungan dengan status penyakit, (2). Ansietas berhubungan
dengan kurang pengetahuan tentang Diabetes Mellitus,
(3). Resiko ketidakstabilan kadar
glukosa darah berhubungan dengan kurang kepatuhan pada manajemen diabetik.
C. Intervensi, Implementasi dan Evaluasi
Penulis merangkaikan
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi menjadi satu tujuan agar pembaca lebih
mudah memahami masalah yang dihadapi klien, rencana tindakan apa yang
diberikan, bagaimana pelaksanaan dari rencana tindakan tersebut, serta hasil –
hasil keperawatan yang dilakukan.
1. Keletihan berhubungan dengan status penyakit
Tujuan yang akan
dicapai selama 3 x 24 jam diharapkan keletihan dapat teratasi, dengan kriteria hasil kemampuan aktifitas adekuat, keseimbangan
aktifitas dan istirahat.
Rencana
keperawatan yang telah dibuat meliputi monitor dan cacat pola dan jumlah tidur pasien, jelaskan pada pasien
hubungan kelelahan dengan proses penyakit, dorong klien dan keluarga mengekspresikan
perasaannya, anjurkan klien melakukan yang meningkatkan relaksasi (membaca dan
mendengarkan musik), monitor intake nutrisi, pantau TTV.
Tindakan yang dilakukan penulis pada tanggal 22 Juli 2013 yaitu
mengukur tanda – tanda vital (seperti nadi, respirasi dan suhu), memonitor dan mencatat pola tidur dan jumlah tidur,
menganjurkan pasien melakukan yang meningkatkan relaksasi membaca.
Tindakan yang dilakukan penulis pada tanggal 23 Juli 2013 yaitu
mengukur tanda – tanda vital (seperti nadi, respirasi dan suhu), menganjurkan pasien melakukan hal yang
meningkatkan relaksasi (mendengarkan musik), mendorong pasien mengekspresikan
perasaannya.
Tindakan yang
dilakukan penulis pada tanggal 24
Juli 2013 yaitu mengukur tanda – tanda vital ( seperti
nadi, respirasi dan suhu), mendorong
klien mengekspresikan perasaannya, memonitor intake nutrisi, menjelaskan
hubungan kelelahan dengan proses penyakit.
Hasil evaluasi
tindakan keperawatan pada tanggal 22
Juli 2013 masalah keletihan behubungan dengan status penyakit belum
teratasi dengan data subyektif klien mengatakan mudah lelah, lesu dan kesemutan. Data obyektifnya pasien
tampak lemas, lesu,dan tampak malas beraktifitas. Perencanaan
selanjutnya yaitu monitor tanda – tanda vital, anjurkan klien melakukan hal yang meningkatkan relaksasi (mendengarkan
musik).
Hasil evaluasi
tindakan keperawatan pada tanggal 23
Juli 2013 masalah keletihan behubungan dengan status penyakit belum
teratasi dengan data subyektif klien mengatakan lemas, lesu dan kesemutan pada kaki. Data
obyektifnya pasien tampak lemas,
tampak lesu. Perencanaan selanjutnya yaitu monitor
tanda – tanda vital (nadi, respirasi, suhu), konsul dengan ahli dalam, monitor intake nutrisi, jelaskan hubungan
kelelahan dengan proses penyakit.
Hasil evaluasi
tindakan keperawatan pada tanggal 24
Juli 2013 masalah keletihan behubungan dengan status penyakit belum
teratasi dengan data subyektif klien mengatakan mudah lemas, lelah dan kesemutan. Data obyektifnya pasien tampak lemas, pucat dan lesu. Perencanaan selanjutnya yaitu monitor tanda – tanda vital, monitor dan catat jumlah dan pola tidur klien,
monitor intake nutrisi, kaji keluhan utama klien.
2. Ansietas berhubungan
dengan kurangnya kurang pengetahuan
tentang Diabetes Mellitus.
Tujuan yang akan dicapai selama 3 x 24 jam adalah ansietas berkurang dengan kriteria
hasil keluarga mampu melakukan sesuai dengan teori yang diajarkan dan
mengetahui tentang diabetes mellitus.
Rencana keperawatan yang telah dibuat meliputi kaji tingkat pengetahuan keluarga klien, berikan pendidikan kesehatan tentang diabetes,
penyebab, tanda gejala, dan lain-lain, diskusikan pilihan terapi atau
penanganan yang dilakukan, kaji tingkat kecemasan, gunakan pendekatan yang
menenangkan, libatkan keluarga untuk mendampingi klien.
Tindakan yang dilakukan penulis pada tanggal 22 Juli 2013 yaitu mengkaji tingkat pengetahuan keluarga dan klien, mengkaji tingkat kecemasan, memantau tanda-tanda
vital.
Tindakan yang dilakukan penulis pada tanggal 23 Juli 2013 yaitu mendiskusikan tentang penanganan yang diberikan,
memantau tanda-tanda vital, memonitor keluhan utama pasien, menggunakan
pendekatan yang menenangkan.
Tindakan
yang dilakukan penulis pada tanggal 24 Juli 2013 yaitu melakukan pendidikan
kesehatan tentang diabetes mellitus.
Hasil evaluasi tindakan
dalam setiap tindakan keperawatan pada tanggal 22 Juli 2013 yaitu masalah ansietas berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang diabetes mellitus belum teratasi dengan data subyektif klien
mengatakan takut akan penyakitnya. Data obyektifnya klien masih terlihat cemas, kontak mata kurang, TD : 114/76 mmHg, nadi: 72 x/menit, RR : 22
x/menit. Perencanaan selanjutnya yaitu gunakan pendekatan yang menenangkan, libatkan
keluarga untuk mendampingi pasien, diskusikan pilihan terapi atau penanganan
yang diberikan.
Hasil evaluasi setelah penulis melakukan tindakan keperawatan pada
tanggal 23 Juli 2013 yaitu masalah ansietas
berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang diabetes mellitus belum teratasi.
Data subyektif klien mengatakan cemas berkurang dan ingin cepat pulang. Data Obyektifnya klien
tampak bingung, kontak mata kurang. Perencanaan selanjutnya
yaitu berikan penkes tentang diabetes
mellitus.
Hasil evaluasi setelah penulis melakukan tindakan keperawatan pada
tanggal 24 Juli 2013 yaitu masalah ansietas
berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang diabetes mellitus teratasi dengan data subyektif klien mengatakan sudah lebih tahu tentang penyakitnya dan sudah
tidak cemas lagi. Data obyektifnya klien dan keluarga tampak senang dan tenang. Perencanaan selanjutnya memotivasi keluarga untuk mengingatnya dan
melakukan tentang materi yang sudah diajarkan.
3.
Resiko
ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan kurangnya kepatuhan pada
manajemen diabetik.
Tujuan yang akan dicapai selama 3 x 24
jam diharapkan kadar glukosa darah
dalam rentang normal dengan kriteria hasil kadar glukosa darah 60-145 mg/dl.
Rencana keperawatan yang telah dibuat meliputi pantau GDS, pantau asupan nutrisi, monitor tingkat
aktifitas fisik, monitor tanda dan gejala hiperglikemia.
Tindakan yang dilakukan penulis pada tanggal 22 Juli 2013 yaitu memonitor tingkat aktifitas fisik klien, memantau
GDS, memberikan insulin 10 unit (subcutan), memonitor tingkat aktifitas.
Tindakan yang dilakukan penulis pada tanggal 23 Juli 2013 yaitu memantau asupan nutrisi, memonitor tanda dan
gejala hiperglikemia, memberikan insulin 10 unit (subcutan).
Tindakan yang dilakukan penulis pada tanggal 24 Juli 2013 yaitu mengecek glukosa darah sewaktu, memonitor tingkat
aktifitas fisik, memberikan insulin 10 unit (subcutan).
Hasil evaluasi tindakan keperawatan pada tanggal 22 Juli 2013 yaitu masalah
resiko ketidakstabilan kadar glukosa
darah berhubungan dengan kurangnya kepatuhan pada manajemen diabetik belum teratasi dengan data
obyektif klien
tampak makan semaunya sendiri, GDS tanggal 21 Juli 2013 >600 mg/dl. Perencanaan selanjutnya yaitu monitor GDS, monitor tingkat aktifitas fisik, pantau asupan nutrisi,
berikan insulin 10 unit, monitor tanda dan gejala hiperglikemia.
Hasil evaluasi tindakan keperawatan pada tanggal 23 Juli 2013 yaitu masalah
resiko ketidakstabilan kadar glukosa
darah berhubungan dengan kurangnya kepatuhan pada manajemen diabetik belum teratasi dengan data obyektif GDS tanggal 22 Juli 2013 jam 11.00 WIB high. Perencanaan
selanjutnya yaitu mengecek GDS,
pantau asupan nutrisi, monitor tingkat aktifitas fisik, berikan insulin 10
unit.
Hasil evaluasi tindakan keperawatan pada tanggal 24 Juli 2013 yaitu masalah
resiko ketidakstabilan kadar glukosa
darah berhubungan dengan kurangnya kepatuhan pada manajemen diabetik belum teratasi dengan data obyektif kadar GDS tanggal 24 Juli 303 mg/dl. Perencanaan
selanjutnya monitor tingkat aktifitas
fisik, monitor asupan nutrisi, berikan insulin, monitor GDS.
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam
bab ini penulis akan memberikan uraian tentang Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Istirahat dan Tidur Pada Tn.S di
Ruang Barokah PKU Muhammadiyah Gombong yang telah penulis uraikan dengan
menggunakan metode pemecahan masalah secara ilmiah dengan pendekatan proses
perawatan.
A.
Diagnosa Keperawatan I :
Keletihan berhubungan dengan status penyakit.
Menurut
NANDA (2010) keletihan adalah rasa letih luar biasa dan penurunan kapasitas
kerja fisik dan jiwa pada tingkat yang biasanya secara terus menerus.
Salah satu tanda penyakit Diabetes adalah
kelemahan/keletihan yang disebabkan karena tidak ada atau penurunan insulin
dalam tubuh yang menyebabkan penurunan atau gangguan uptake glukosa dari darah
ke sel. Karena penurunan insulin tersebut maka gula dalam darah tidak dapat
masuk ke dalam sel dan sel akan kekurangan nutrisi.
Menurut Mirza (2012) tubuh biasanya mendapatkan
glukosa dari makanan yang dikonsumsi baik secara langsung dari makanan yang manis atau karbohidrat
maupun secara tidak langsung dari jenis makanan lain. Glukosa diserap ke dalam
aliran darah dan bergerak dari aliran darah ke seluruh sel-sel dalam tubuh
dimana ia dapat digunakan sebagai energi melalui proses metabolisme. Ketika sel kekurangan nutrisi akibat
kekurangan insulin maka terjadi penurunan metabolisme sel. Dari penurunan
metabolisme sel tersebut mengakibatkan penurunan produksi energi sehingga
menyebabkan keletihan.
Menurut NANDA faktor yang berhubungan dengan keletihan yaitu
a. Faktor Psikologis yang meliputi ansietas, gaya
hidup membosankan, depresi, stres, kondisi fisik buruk, kehamilan, dan kurang tidur.
b. Faktor Fisiologis meliputi anemia, status
penyakit, peningkatan kelelahan fisik, malnutrisi, kebisingan, dan suhu.
c. Faktor Lingkungan meliputi kelembaban dan cahaya.
d. Faktor Situasional meliputi peristiwa hidup
negatif dan pekerjaan.
Batasan karakteristiknya gangguan konsentrasi,
gangguan libido, penurunan performa, kurang minat terhadap dunia sekitar,
mengantuk, merasa bersalah karena tidak dapat menjalankan tanggungjawab,
ketidakmampuan mempertahankan aktifitas fisik pada tingkat yang biasanya,
ketidakmampuan mempertahankan rutinitas yang biasanya, ketidakmampuan
memulihkan energi setelah tidur sekalipun, peningkatan keluhan fisik,
peningkatan kebutuhan terhadap istirahat, introspeksi, kurang energi, letargi,
lesu, persepsi membutuhkan energi tambahan untuk menyelesaikan tugas rutin,
lelah, mengatakan kurang energi yang tidak kunjung reda, mengatakan kurang
energi yang luar biasa.
B.
Diagnosa Keperawatan II : Ansietas berhubungan dengan
kurang pengetahuan tentang diabetes mellitus.
Menurut NANDA (2010) ansietas adalah
perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang sspesifik atau tidak diketahui
oleh individu; perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.
Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya
bahaya dan memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman.
Tingkat pendidikan klien mempengaruhi kecemasan
yang dialami penderita diabetes tersebut. Kurang pahamnnya klien tentang
penyakit yang dialami dan prosedur tindakan yang akan dilakukan membuat klien
cemas. Bahkan terkadang membuat klien takut dengan tindakan yang akan dilakukan
dan pengobatan yang akan dijalani.
Kurang pahamnya klien tentang penyakitnya dapat disebabkan karena minimnya
informasi dan ada tidaknya keinginan klien untuk mencari informasi tentang
penyakitnya.
Menurut NANDA (2010) faktor yang berhubungan
dengan ansietas yaitu perubahan dalam (status ekonomi, lingkungan, status
kesehatan, pola interaksi, fungsi peran, dan status peran), pemajanan toksin,
terkait keluarga, herediter, infeksi/kontaminan interpersonal, penularan
penyakit interpersonal, krisis maturasi, krisis situasional, stres, penyalahgunaan
zat, ancaman kematian ancaman pada : status ekonomi, lingkungan, status
kesehatan, pola interaksi, fungsi peran, status peran, dan konsep diri, konflik
yang tidak didasari mengenai tujuan penting hidup, konflik yang tidak disadari mengenai nilai yang esensial
atau penting, kebutuhan yang tidak dipenuhi.
Menurut NANDA (2010) batasan karakteristiknya
adalah sebagai berikut:
a. Perilaku meliputi penurunan produktifitas,
mengekpresikan kekhawatiran karena perubahan dalam peristiwa hidup, gerakan
yang irelevan, gelisah, melihat sepintas, kontak mata yang buruk, agitasi,
mengintai, dan tampak waspada.
b. Afektif meliputi gelisah, kesedihan yang mendalam,
distres, ketakutan, perasaan tidak adekuat, berfokus pada diri sendiri,
peningkatan kewaspadaan, iritabilitas, gugup, senang berlebihan, rasa nyeri
yang meningkatkan ketidakberdayaan, peningkatan rasa ketidakberdayaan yang
persisten, bingung, menyesal, ragu/tidak percaya diri, dan khawatir.
c. Fisiologis meliputi wajah tegang, tremor tangan,
peningkatan keringat, peningkatan ketegangan, gemetar, tremor, dan suara
bergetar.
d. Simpatik meliputi anoreksia, eksitasi
kardiovaskuler, diare, mulut kering, wajah merah, jantung berdebar-debar,
peningkatan tekanan darah, peningkatan denyut nadi, peningkatan refleks,
peningkatan frekuensi pernafasan, pupil melebar, kesulitan bernafas,
vasokontriksi superfisial, kedutan pada otot, dan lemah.
e. Parasimpatik meliputi nyeri abdomen, penurunan
tekanan darah, penurunan denyut nadi, diare, vertigo, letih, mual, gangguan
tidur, kesemutan pada ekstremitas, sering berkemih, anyang-anyangan, dan
dorongan berkemih (keinginan mendesak untuk berkemih).
f. Kognitif meliputi mewaspadai gejala fisiologi,
bloking pikiran, konfusi, penurunan lapang persepsi, kesulitan berkonsentrasi,
penurunan kemampuan untuk belajar, ketakutan terhadap konsekuensi yang tidak
spesifik, lupa, gangguan perhatian, khawatir, melamun dan cenderung menyalahkan
orang.
C.
Diagnosa Keperawatan III : Resiko ketidakstabilan
kadar gula darah berhubungan dengan kurangnya kepatuhan pada manajemen diabetik
Menurut NANDA (2010) resiko
ketidakstabilan kadar glukosa darah adalah resiko terhadap variasi kadar
glukosa/gula darah dari rentang normal.
Diabetes mellitus adalah suatu kondisi dimana
kadar gula dalam darah lebih tinggi dari biasa atau normal (normal: 60-145
mg/dl), karena tubuh tidak dapat melepaskan insulin secara cukup. Insulin itu
sendiri dihasilkan oleh pankreas dalam tubuh untuk mempertahankan kadar gula
dalam darah agar tetap normal. Hal ini disebabkan tidak dapatnya gula memasuki
sel-sel yang terjadi karena tidak terdapat atau kekurangan atau resisten
terhadap insulin.
Tubuh biasanya mendapatkan glukosa dari
makanan yang dikonsumsi baik secara langsung
dari makanan yang manis atau karbohidrat maupun secara tidak langsung
dari jenis makanan lain. Glukosa diserap ke dalam aliran darah dan bergerak
dari aliran darah ke seluruh sel-sel dalam tubuh dimana ia dapat digunakan
sebagai energi melalui proses metabolisme. Untuk mengubah glukosa menjadi
energi atau menyimpan glukosa tubuh memerlukan insulin yang dihasilkan oleh
sekelompok sel pada pankreas yang dinamakan pulau-pulau langerhans.
Secara normal glukosa masuk ke dalam
sel-sel dan selebihnya dibersihkan dari darah dalam waktu dua jam. Jika tubuh
tidak memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup atau insulin yang tersedia
tidak bekerja sebagaimana mestinya, maka sel-sel tidak dapat terbuka dan ini
menyebabkan glukosa terkumpul dalam darah sehingga terjadi ketidakstabilan
kadar glukosa darah (Maulana, 2010). Ketidakstabilan tersebut tergantung dari
pola makan klien apabila klien tidak mampu mengontrol makan makanan yang
mengandung tinggi karbohidrat dan yang manis-manis maka hasil pengecekkan hasil
glukosa darahnyapun berubah-ubah.
Menurut NANDA (2010) faktor resikonya
meliputi kurang pengetahuan tentang manajemen diabetes, tingkat perkembangan,
asupan diet, pemantauan glukosa darah tidak adekuat, kurang penerimaan terhadap
diagnosis, kurang kepatuhan pada manajemen diabetik, kurang manajemen diabetes,
manajemen medikasi, status kesehatan mental, tingkat aktifitas fisik, status
kesehatan fisik, kehamilan, periode pertumbuhan cepat, stres, penambahan berat
badan, dan penurunan berat badan.
D. Implementasi
Dari diagnosa I yaitu keletihan behubungan dengan
status penyakit penulis melakukan semua tindakan sesuai dengan perencanaan meliputi :
1.
Memonitor dan
mencatat pola dan jumlah tidur klien untuk mengetahui apakah kebutuhan
istirahatnya terpenuhi atau tidak, karena biasanya pada penderita diabetes
terjadi poliuria.
2.
Menjelaskan
pada pasien hubungan kelelahan dengan proses penyakit agar klien tahu kenapa
dia sering merasa lelah sehingga klien dapat menjaga keseimbangan antara energi
dan aktifitasnya.
3.
Mendorong
klien dan keluarga mengekpresikan perasaannya agar klien merasa lega dan
mengurangi stres.
4.
Menganjurkan
klien melakukan yang meningkatkan relaksasi (membaca dan mendengarkan musik),
dengan relaksasi klien akan lebih tenang dan membaca dan mendengarkan musik merupakan
aktifitas yang tidak memerlukan banyak energi.
5.
Memonitor
intake nutrisi untuk mengetahui sejauhmana kepatuhan diet klien.
6.
Memantau
tanda-tanda vital untuk mengetahui ada penurunan tanda-tanda vital sebagai
tanda adanya keletihan.
Dari diagnosa II yaitu ansietas
berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang diabetes penulis melakukan semua
tindakan sesuai dengan perencanaan meliputi :
1.
Mengkaji
tingkat pengetahuan klien dan keluarga untuk mengetahui apakah klien dan
keluarga sudah mengetahui tentang diabetes, penyebab, tanda gejala, komplikasi
dll.
2.
Memberikan
pendidikan kesehatan tentang diabetes, penyebab, tanda gejala, komplikasi dan
lain-lain, dengan dilakukannya penkes klien dan keluarga jadi lebih tahu
tentang penyakit yang dialami klien sehingga klien dan keluarga dapat merawat
klien dirumah dan menjaga pola makan klien.
3.
Mendiskusikan
pilihan terapi atau penanganan yang dilakukan ini bertujuan agar klien tahu apa
manfaat dari tindakan yang sudah diberikan kepada klien sehingga klien tahu
tujuan dari tindakan yang diberikan pada klien.
4.
Mengkaji
tingkat kecemasan, dari hasil pengkajian penulis mendapatkan data klien
mengatakan cemas dengan kondisi penyakitnya sehingga sebelum masuk rumah sakit
klien jarang berobat. Dengan mengkaji tingkat kecemasan kita juga dapat
menemukan seberapa jauh klien mengetahui tentang penyakitnya dan penanganan apa
yang akan dilakukan selanjutnya sesuai tingkat dan penyebab kecemasan klien.
5.
Menggunakan
pendekatan yang menenangkan ini agar klien tenang dan tidak takut dengan
tindakan yang akan diberikan. Dengan pendekatan ini dapat menjalin komunikasi
yang baik sehingga klien memberikan kepercayaan pada perawat.
6.
Melibatkan
keluarga untuk mendampingi klien dalam setiap tindakan agar keluarga tahu tindakan
apa yang diberikan kepada klien.
Dari diagnosa III yaitu resiko
ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan kurang patuhnya terhadap
manajemen diabetik penulis melakukan semua tindakan sesuai dengan
perencanaan meliputi :
1.
memantau GDS
untuk mengetahui kadar glukosa dalam darah meningkat atau menurun dan untuk
mengontrol agar kadar glukosa dalam darah dalam rentang normal.
2.
memantau
asupan nutrisi untuk tahu bagaimana kepatuhan klien dalam menjalani diet
diabetes sehingga dapat mengontrol pola makan klien.
3.
memonitor
tingkat aktifitas klien ini agar tahu aktifitas apa saja yang dilakukan oleh
klien sehingga dapat memotivasi klien agar menjaga keseimbangan antara
aktifitas dan kebutuhan energi yang dimiliki klien.
4.
Memberikan
insulin akan mempercepat
pengangkutan glukosa kedalam sel.
E. ANALISIS
TINDAKAN
Tindakan
yang penulis ambil adalah relaksasi mendengarkan musik dan membaca berdasarkan
keluhan klien yaitu lemas, mudah lelah, lesu dan mengatakan tidur malam ± 5 jam
terbangun karena sering BAK.
Menurut Hakim (2004; 41)
relaksasi merupakan suatu proses pembebasan diri dari segala macam bentuk
ketegangan otot maupun pikiran senetral mungkin atau tidak memikirkan apapun. Teknik relaksasi semakin dilakukan karena terbukti efektif dalam
mengurangi ketegangan dan kecemasan. Di Indonesia, penelitian tentang relaksasi juga sudah cukup banyak
dilakukan dan
bermanfaat untuk mengurangi keluhan fisik.
Secara umum, teknik relaksasi melibatkan
memfokuskan kembali perhatian anda pada sesuatu yang menenangkan dan meningkatkan kesadaran tubuh anda, tidak peduli teknik relaksasi yang anda pilih yang penting adalah bahwa anda mencoba untuk
berlatih relaksasi secara teratur untuk menuai manfaatnya.
Salah satu alat yang paling kuat psikolog dapat menggunakan
sebenarnya bukan hal baru, kata Herbert Benson, MD, di Konvensi Tahunan APA.
Bahkan ini merupakan pendekatan yang telah ada selama ribuan tahun, namun
potensi penuh masih belum dimanfaatkan.
Benson mengacu pada respon relaksasi,
keadaan fisik deep istirahat yang mengubah respon fisik dan emosional seseorang
terhadap stres. Benson, dari Harvard Medical School dan Benson-Henry Institute for
Mind Body Medicine di Massachusetts General Hospital, menemukan kekuatan
relaksasi respon untuk mengurangi stres pada tahun 1960. Tetapi penelitian
selanjutnya rekannya menemukan bahwa pendekatan ini benar-benar tidak berbeda
dari apa yang telah dilakukan orang selama berabad-abad melalui doa, nyanyian
dan gerakan berulang.
Teknik relaksasi (juga
disebut teknik relaksasi respon) dapat digunakan oleh beberapa orang untuk
melepaskan ketegangan dan untuk melawan efek buruk dari stres. Teknik relaksasi
juga digunakan untuk menginduksi tidur, mengurangi rasa sakit, dan emosi tenang.
Lembar fakta ini memberikan informasi dasar tentang teknik relaksasi, merangkum penelitian ilmiah tentang efektivitas dan keamanan, dan
menyarankan sumber-sumber untuk informasi
tambahan.
Teknik relaksasi dapat
menjadi bagian yang efektif dari rencana perawatan keseluruhan untuk
kegelisahan, depresi, dan beberapa jenis nyeri. Beberapa
penelitian juga menunjukkan bahwa teknik ini dapat membantu dengan kondisi
lain, seperti dering di telinga dan kandung kemih terlalu aktif. Namun,
kemampuan mereka untuk memperbaiki kondisi seperti tekanan darah tinggi dan
asma tidak jelas.
Dalam 30 tahun
terakhir, telah ada minat yang besar terhadap respon relaksasi dan bagaimana
mendorong negara ini dapat bermanfaat bagi kesehatan. Penelitian telah
difokuskan terutama pada penyakit dan kondisi di mana stres mungkin memainkan
peran baik sebagai penyebab kondisi atau sebagai faktor yang dapat membuat
kondisi lebih buruk.
Saat ini, penelitian telah meneliti teknik relaksasi untuk berbagai macam keluhan diantaranya :
Saat ini, penelitian telah meneliti teknik relaksasi untuk berbagai macam keluhan diantaranya :
Kecemasan. Studi telah menunjukkan bahwa relaksasi dapat membantu
dalam pengobatan sgangguan panik. Teknik
relaksasi juga telah digunakan untuk meredakan kecemasan bagi orang-orang dalam
situasi stres, seperti ketika menjalani prosedur medis.
Kandung kemih
terlalu aktif. Kandung kemih kembali pelatihan dikombinasikan dengan relaksasi
dan latihan lain dapat membantu mengontrol urgensi kemih.
Dering ditelinga.
Penggunaan latihan relaksasi dapat membantu pasien mengatasi kondisi tersebut.
Relaksasi membaca dan
mendengarkan musik dipilih sebagai cara untuk mengurangi kelelahan pada klien. Melalui musik, ketegangan otot kita berkurang. Musik relaksasi juga
meningkatkan gerakan dan koordinasi tubuh. Mendengarkan musik relaksasi bisa
menjadi cara yang efektif dalam menemukan energi ekstra bagi tubuh. Hal ini
dapat menghilangkan kelelahan yang disebabkan terlalu banyak latihan dan
kelelahan yang disebabkan oleh pekerjaan repetitif dan membosankan. Selain itu salah satu
cara mengatasi insomnia adalah dengan mendengarkan musik klasik. Studi
menunjukkan bahwa mendengarkan musik bahkan untuk 45 menit dapat membuat Anda
santai.
Tubuh manusia membutuhkan glukosa atau gula
darah sebagai energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Tetapi jika kadar
glukosa dalam darah terlalu tinggi, tubuh Anda jelas berada dalam bahaya.
Semakin tinggi kadar glukosa darah maka
keletihan juga tidak teratasi bila tidak diimbangi dengan aktifitas. Rutin
melakukan latihan atau kegiatan jasmani sangat penting bagi seorang penyandang
diabetes karena dapat menurunkan konsentrasi gula darah. Gula dalam darah
tersebut akan dibakar sebagai energi sehingga tidak ada gula yang menumpuk.
Salah satu latihan jasmani yang
direkomendasikan sebagai cara menurunkan kadar gula darah yang mudah dan aman
adalah berjalan kaki minimal 30 menit setiap hari. Latihan jasmani ini dapat
membantu menurunkan berat badan. Penurunan berat badan sebanyak 10% saja pada
sebagian orang normal dapat bermanfaat mengembalikan glukosa darah ke tingkat
normal. Berjalan kaki memberikan efek penurunan kadar gula darah dengan cara
mengambil alih peran GLUT-2 (glucose-transporting molecules-2) atau transporter
gula dalam darah dalam mengangkut gula ke membran sel. Selain itu, berjalan
kaki juga mampu meningkatkan produksi GLUT-4atautransporter gula di dalam sel
yang memungkinkan gula memasuki sel secara lebih efisien. Intinya, berjalan
kaki menurunkan kebutuhan tubuh Anda akan insulin dan membuat sel-sel otot Anda
lebih sensitif terhadap insulin dari dalam tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Herdman, T., H (ed.) 2012. NANDA International Diagnosis Keperawatan
Definisi dan Klasifikasi 2012-2014, Jakarta: EGC.
Institute for Mind Body Medicine. Relaxation techniques.
Numerik control. http://www.mayoclinic.com/health/relaxationtechnique/SR00007/NSECTIONGROUP=2.Ascessed 16 Oct 2011
Jorm AF, Morgan AJ,
Hetrick SE. Relaxation for depression. Cochrane Database of Systematic
Reviews. 2008;(4):CD007142. Accessed at www.cochrane.org/reviews on
February 2, 2010.
Kozier B., Erb G., Berman A., & Snyder S.J. 2004. Fundamentals of Nursing
Concepts, Process and Practice 7th Ed., New Jersey: Pearson Education Line.
Maulana,
Mirza. 2012.Mengenal Diabetes: Panduan
Praktis Menangani Penyakit Kencing Manis. Kata Hati: Jogjakarta.
Mubarak, Wahit &
Chayatin. (2008.) Textbook
of Basic Human Needs Theory and
Applications in Practice.
Jakarta: EGC.
NANDA Internasional, Nursing Diagnoses-Definitions
& Classificaions 2009-2011.
Panduan diagnose keperawatan nanda
2012 – 2014. Jakarta. Penerbit: EGC
Sara Martin. 2008.Benson's invited address was sponsored by Div. 12 (Society of Clinical Psychology)
and Div. 38 (Health). Vol 39, No 9.
Tarwoto
dan Wartonah. 2011.Kebutuhan Dasar
Manusia dan Proses Keperawatan.Edisi 4.Salemba Medika: Jakarta.
Yahya Yanuar, Lukmanul Hakim
(2004), Programming with Delphi Microsoft SQL Server
database, Elex Media Komputindo,
Jakarta.
No comments:
Post a Comment